Tetapi di Liga Inggris, video dan keputusan VAR langsung ditayangkan di layar besar di stadion dan dilihat secara real time oleh penonton di seluruh dunia. Tayangan ulang di stadion itu tentunya mengintimidasi wasit yang sedang memimpin pertandingan. Belakangan IFAB menganggap aturan VAR di liga Inggris itu bukanlah standar IFAB.
Demi keindahan sepakbola karena aspek manusia dan emosionalnya itu, semoga pihak yang berkompeten bisa merevisi aturan VAR pada masa mendatang.
Pembatasan menggunakan VAR mungkin bisa diadopsi dari sistem "challenge" bulutangkis. Misalnya, VAR check hanya bisa diminta sekali dalam setiap babak oleh masing-masing tim.
Kemudian wewenang wasit kembali diperbesar di mana wasit meminta bantuan VAR hanya jika dia ragu atau jatah meminta VAR diambil oleh tim yang berlaga.Â
Mekanisme IFAB juga harus ditegakkan, video hanya boleh dilihat pertama kali oleh wasit untuk mengambil keputusan baru kemudian ditayangkan kepada penonton.
Jika memang kecerdasan dan kebijaksanaan wasit yang adalah manusia itu tidak lagi dipercaya, maka logikanya tidak perlu lagi ada wasit manusia di sepakbola. Tetapi itu menjadi lebih konyol lagi tentunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H