“Aku nggak sempat masak, mas!” teriak istrinya dari kamar mandi.
“Yaaa. Nggak apa-apa,” jawabnya sembari mencopot sepatu. Lalu ia melepas dasi, menaruh tas kerja dan berjalan menuju kamar. Anak mereka yang belum juga genap enam bulan tampak pulas tertidur di boks bayi. Perlahan ia mendekatinya lalu mencium pipi si mungil dengan hati-hati agar tak terbangun.
Sekali. Dua kali. Keningnya berkerut. Ia cium lagi. Kali ini agak lama dan bergeser ke arah bibir buah hatinya. Hidungnya bergerak-gerak seperti membaui.
“Kita pesan delivery order aja ya, mas,” suara sang istri mengagetkannya dari belakang.
Ia mengangguk perlahan. Lalu mengambil handuk dan bergegas menuju ke kamar mandi, sembari berpikir keras: mengapa bibir anaknya bau rokok.*
.
*note: cerita ini juga saya publish di ubudwritersfestival
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H