Mohon tunggu...
Usaha Desa
Usaha Desa Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Wisata Menakjubkan Bernama Wae Rebo

21 Februari 2016   01:14 Diperbarui: 25 Februari 2016   00:20 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Anda pecinta keindahan alam nan menakjubkan, inilah tempat yang harus Anda datangi. Namanya Wae Rebo, sebuah desa wisata dengan sederet pesona. Tapi bukan mudah mencapainya, Anda harus menempuh 9 kilometer jalan kaki dengan trek mendaki. Namun percayalah, kelelahan Anda bakal terbayar tunai oleh keindahan budaya dan alam di kampung ini.

Terletak di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmase, Kabupaten Manggarai Barat, Wae Rebo menyimpan bergaam pesona. Inilah desa wisata yang memiliki rumah adat bernama Mbaru Niang, rumah berbentuk kerucut. Rumah itu ditinggali 6-8 keluarga sekaligus dan memiliki empat tingkat dengan fungsi-fungsi yang sangat penting dan filosofis bagi warga setempat.

Hanya ada tujuh rumah, tak kurang tak lebih dari ratusan tahun lampau hingga hari ini. Penyebabnya masih misterius tetapi yang pasti bagi keluarga yang tidak tertampung di tujuh tempat ini disediakan rumah yang sama tetapi berjarak 5 kilometer dari Wae Rebo. Meski sama eksotisnya tetapi letak Wae Rebo di pelukan kabut dan gunung-gunung membuat Wae Rebo terlihat jauh lebih menawan. Tak salah makanya desa wisata ini mendapatkan penghargaan dari Unesco mengalahkan 42 kandidat dari sebelas negara di Asia Pasifik.

Perjalanan ke tempat ini bisa dimulai dari Labuhan Bajo lalu Kota Ruteng, Ibukota Mangarai Barat. Naik ojek ke Dintor, desa terakhir sebelum mendaki ke Wae Rebo. Sebelum sampai ke Wae Rebo bakal bertemu Kombo, sebuah kampung pemekaran dari Wae Rebo, tempat tinggal bagi keluarga yang tidak muat tinggal di tujuh rumah adat Wae Rebo. Di sini ada banyak anak sekolah yang orang tuanya tinggal di Wae Rebo. Soalnya di Wae Rebo belum ada sekolah dasar.

Setelah berjalan mendaki lereng perbukitan, hutan, semak dan jurang, barulah Anda bisa melihat tujuh kerucut terbungkus kabut berjuluk Wae Rebo. Pengunjung harus mengikuti ritual mendengarkan petuah dari tetua kampung sebelum lebih jauh melihat keindahan kampung dan peri kehidupan di sini. Sederet larangan diberitahukan seperti larangan bermesraan di tempat umu bahkan terhadap suami atau isteri Anda sendiri. Ini adalah salahsatu cara warga kampung ini menjaga kemurnian nilai adatnya

Hawa dingin langsung menyergap begitu menginjakkan kaki di Wae Rebo. Dan silakan menikmati keelokan alam yang pasti tidak akan pernah akan Anda lupakan saking indahnya, sebuah kampung di pucuk pegunungan, dipeluk tanah bergunung lainnya dan diselimuti kabut sepanjang masa. Lautan tanah bergunung terlihat dari sini ditutupi pepohonan hijau menyejukkan.

Wae Rebo pertama ditemukan oleh rombongan arsitektur dari Jakarta yang terpesona oleh foto kartu pos bergambar rumah kerucut dipeluk kabut 2008 lalu. Mereka lalu mencari tempat ini dan menemukan sebuah destinasi wisata yang kelak bakal menyedot perhatian para traveller dari segala penjuru dunia. Tahun 2011 tercatat 303 turis dari 19 negara mendaki jalur menuju desa wisata ini demi menyaksikan Mbaru Niang dan hawa dingin kabut pegunungan. Jika kampung dengan jarak tempuh yang sesulit ini saja menjadi masyhur, bukankah desa yang lebih mudah ditempuh bisa mengembangkan wisata serupa?

 

 

Baca Juga : Wae Rebo, Desa Wisata di Langit di NTT

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun