“andai bukan Kartini mungkinsekarang kita gak kuliah”
“kenapa begitu?”
“iyalah, dulu kan pada masanya Kartini bangsa ini menganut patriarki, perempuan kayak kita ini hanya dinomorduakan, laki-laki selalu menjadi yang pertama, mereka selalu bebas melakukan apa saja yang mereka mau, bisa belajar, bisa bekerja, bisa jadi pemimpin dan banyak lagi, dikampus saja kebanyakan yang jadi ketua organisasi kebanyakan laki-laki, padahal kita perempuan lebih banyak disbanding laki-laki.”
“emm,, iya juga sih”
“Kartini betul-betul tidak sepakat dengan keadaan itu, Ia menganggap perempuan dan laki-laki itu punya hak yang sama terutama pendidikan, kita juga berhak belajar,,, eh tau gak ternyata pemikiran-pemikiran Kartini tentang perempuan Indonesia itu Ia tuangkan hanya dalam bentuk surat loh awalnya, kemudian tersebar ke beberapa surat kabar, hem keren banget kan..!!”
“iya juga sih,,, kita saja yang melek teknologi, pake bermacam-macam sosial media, gak mampu melakukan hal-hal berguna, mungkin diatas sana Kartini kasian meliat kita seperti ini ya?”
Tenri dan Aulia terdiam kemudian saling menatap satu sama lain, mereka meraih ponsel mereka masing-masing dan mengehentikan pembicaraann.
CHUNK ND
21 April 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H