Mohon tunggu...
Chunk ND
Chunk ND Mohon Tunggu... mahasiswa -

mahasiswa tingkat akhir tak ada kata terlambat untuk belajar, termasuk menulis sebagai coretan untuk keabadian. sebab dengan menulis maka ingatan akan terawat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadisku

11 April 2017   21:52 Diperbarui: 11 April 2017   21:56 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu aku berangkat lebih awal, kulihat dalam drama-drama, dalam hal seperti ini seorang pria hendaknya membawa sebuah hadiah sebagai bukti keseriusannya, bunga, kotak kado atau apapun itu. Namun kusadari dia berbeda, diapun tau kalau aku bukanlah orang yang seperti itu.

Kupersiapkan segala sesuatuku untuk bertemu dengannya, sejak pagi telah kulatih cara berbicaraku dihadapan fotonya yang telah kusimpan dalam ponselku. Kuperhatikan dengan baik wajahku, rambutku, pakaianku. Dari ujung kaki hingga ujung rambut tak ada yang luput dari pemeriksaanku.

Hampir tigapuluh menit aku duduk terdiam sendiri menunggu kedatangannya, terbayang dia datang dari belakang dengan gaun indahnya dan berteriak sambil berlari kearahku, menyebut namaku, namun itu hanya anganku, mungkin drama telah mempengaruhi pikiranku.

Dari kejauhan kulihat ia berjalan dengan pelannya, dengan jeans biru dan kaos putih dengan rambut yang telah terikat kuat kebelakang ia menatapku dari kejauhan. Dengan sabar aku menunggunya, aku tak ingin terburu-buru, sebab aku telah meyakini bahwa hari ini adalah hari besarku, hari besar kami.

Semakin ia mendekat aku semakin merasa gugup, aku melihat matanya merah dan bengkak, dia baru bangun tidur, ah tidak. Dia baru saja menangis, bekas air mata dikelopak matanya masih tampak begitu jelas, perasaanku semakin tak karuan, apa yang harus aku lakukan, dia datang hari ini namun kedatangannya berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kali ini dengan air mata. Akupun berpikir dengan positif, aku tak ingin persiapan yang telah kulakukan sejak malam tadi sia-sia. Mngkin ia kehilangan sesuatu yang berharga baginya, mungkin sebuah boneka. Aku pegangi pundaknya dan bertanya dengan pelan kenapa ia menangis.

“Kekasihku memutuskanku” katanya singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun