Mohon tunggu...
Chunk ND
Chunk ND Mohon Tunggu... mahasiswa -

mahasiswa tingkat akhir tak ada kata terlambat untuk belajar, termasuk menulis sebagai coretan untuk keabadian. sebab dengan menulis maka ingatan akan terawat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Mungkin Ini Akhirnya

10 April 2017   09:37 Diperbarui: 10 April 2017   09:54 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

MUNGKIN INI AKHIRNYA

Sudah dua tahun ini kita bersama, menjalani hari-hari bersama, hampir tak ada hari yang terlewatkan tanpa pertemuan kita, kita adalah sepasang kekasih, yah hanya sepasang kekasih, yang menjalani jalinan status ini selayaknya orang-orang yang juga saling menyukai, mencintai dan menyayangi lainnya.

Kau pernah mengatakan padaku haruskah kita tidak selalu bersama seperti ini? Kata orang-orang kita akan bosan satu dengan yang lainnya, dengan menjaga jarak kita maka rindu akan selalu menjadi penemu dan penghubung yang akan selalu memupuk cinta kasih kita.

Saat itu aku dengan tegasnya menolak secara mentah-mentah ucapan yang juga mungkin merupakan inginmu,

 “orang yang telah menikah saja hidup bersama, bahkan dalam satu atap, setiap hari bertemu, setiap bangun tidur pasangan mereka yang pertama kali mereka lihat, namun mereka tidak bosan-bosannya, mereka bahkan bersetia satu sama lain hingga terpisahkan oleh maut”

Dengan nada sedang ku ucapkan kalimat itu dihadapanmu sebagai bentuk penolakanku terhadap ucapan dan keinginanm itu yang kuanggap sangatlah tidak masuk akal, kita bisa nyaman satu dengan yang lainnya hingga dua tahun ini bukan karena sebab apa-apa, tetapi kenyamanan antara aku dan kau yang telah tumbuh oleh kebersamaan kita.

Waktu terus berjalan, kehidupan tidaklah stagnan, segalanya serba dinamis, dan benar saja aku merasakan itu, kejenuhan itu, rasa bosan itu. Semakin hari kita semakin jarang untuk berjumpa, bahkan komunikasi kitapun mulai terputus. Rinduku mulai bergerak namun ak tak tau harus kuapakan rinduku ini.

Aku adalah orang yang sangat gengsi untuk memulai, kau tau itu. Begitupun denganmu, aku paham bahwa watakmupun tidaklah jauh berbeda denganku. Menunggu kabarmu adalah sama dengan kesia-siaan.

Ponsel milikku tak pernah aku biarkan untuk mati, setiap waktu kuperiksa, apakah ada kabar darimu?, namun benar saja berhari-hari kaupn tak memberi kabar.

Aku mulai nyaman dengan duniaku yang baru, bayangmupun muncul tak sesering dulu dalam benakku, perlahan aku merasa aku tak membutuhkanmu lagi untuk mencintaiku, untuk berada disisiku.

Aku tetap saja masih merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan ini, malam itu kuputuskan untuk lebih dahulu menghubungimu, pesannya telah ketikkan, berulang kali aku membaca isi pesan itu, bahkan memikirkannya berkali-kali apakah pesan ini yang harus kukirimkan padamu disaat seperti ini, disaat kita telah putus  komunikasi hampir tiga minggu lamanya.

“sepertinya kita telah tidak nyaman lagi satu dengan lainnya, kita tak lagi seperti dulu, aku tak tau apa yang membuatmu berubah, begitupun denganku aku tak tau kenapa aku seperti ini, mungkin sudah saatnya kita akhiri semuanya”

Dengan berat hati pesan itu kukirimkan padamu, setelahnya ku menunggu balasan pesanmu, pikirku melayang tak jelas, kuberharap balasanmu adalah penolakan atas isi pesanku, berharap kau mengatakan untuk tidak mengakhirinya, kuberharap kau masih ingin bersamaku dan kembali seperti dahulu lagi.

Aku menunggu pesanmu, menunggu kau membalas pesan yang kukirimkan padamu, namu pesan balasanmu tak kunjung datang juga hingga aku tertidur dengan ponsel tetap aku genggam.

Aku terbangun pagi sekali, entah kenapa aku juga tak tau, seketika kutatap layar ponsel yang telah tergeletak diatas kasur tempatku tertidur, kulihat ada tiga pemberitahuan pesan masuk, kupikir betapa panjangnyanya mungkin pesan yang kau tuliskan sebagai balasan atas pesanku malam tadi. Pesan itu kubuka dengan rasa penasaranku yang semakin menggebu,

Dua buah pesan bertuliskan operator ponsel seluler yang kugunakan, semua hanya berisi spam, aku scroll ke bawah dan kudapati pesanmu terselip disana, dengan cepat pesan itu kubuka. Entah kenapa badanku lemas seketika, ada perasaan berbeda ketika aku membaca pesanmu, aku tak tau perasaan apa yang sedang aku rasakan, aneh, sangat aneh, aku bertanya-tanya apakah perasaan ini adalah kesedihan atau kebahagian atau apalah itu. Kutatap dan kubaca berkali-kali pesan itu dan semakin lama perasaanku semakin tidak karuan.

“oke”

Tiga huruf dalam satu kata itu, hanya itu yang engkau kirimkan kepadaku sebagai balasan pesanku malam tadi.

CHUNK ND

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun