YANG TERPENDAM
Hari-hari kemarin kita tidaklah terpisahkan, dua kaki yang selalu melangkah bersama secara bergantian dengan irama masa depan yang begitu menjanjikan. Rasa saling memiliki memang tak harus ada kata pacar, kekasih atau apapun yang mengikat kita berdua, sebab kebersamaan yang kita bangun memberikan tanda bahwa kita takut kehilangan satu sama lain.
Kau selalu berada disisiku, setidaknya itu yang kurasakan disetiap momen yang kuanggap membutuhkan keberadaanmu. Akupun selalu berusaha dekat denganmu, berada disisimu ketika kau membutuhkanku.
Kita berbagi cerita, tidak ada yang kita sembunyikan dalam hal apapun. Dunia pribadimu seolah juga telah menjadi duniaku, akupun begitu, aku tak pernah segan untuk menceritakan segala keluh kesahku padamu, kau pendengar yang baik bagiku, sementara aku tak yakin telah menjadi pendengar yang baik atas tiap keluh kesahmu.
Hari demi hari kita lalui bersama, kita bahkan lebih romantis dari pasangan kekasih, tak ada hal yang dilakukan oleh sepasang kekasih yang tidak kita lakukan bersama, kita berboncengan, kita ketaman, kita kepantai, kita kebioskop, kita menikmati setiap waktu bersama.
Setiap pagi, siang, sore, hingga malam menjelang tak hentinya kita berkomunikasi jika kita tak bersama, bahkan kadang sinyal jaringan merasa bosan dengan tingkah kita. Tiap waktu yang kutunggu hanyalah kabarmu, kedatanganmu.
Aku tak pernah berfikir sebelumnya untuk melihat lagi yang lain, kuingin hanya bersamamu sepanjang waktu, menghabiskan segala kesempatan yang diberikan tuhan, bahkan akan kuminta kepadaNya dalam sujud dan doaku untuk bersamamu kembali jika kita meninggalkan dunia ini. Bersamamu membuatku menjadi orang berani, aku menjadi tak takut apapun di dunia ini, satu-satunya hal yang sangat aku takutkan adalah kau menemukan kenyamanan lain selain dariku yang bisa membelah kebersamaan kita.
Dunia selalu punya hal-hal yang baru, dunia tak pernah kehabisan kejutan, aku ingin melihatnya, merasakannya hanya bersmamu. Dalam benakku melakukan berbagai hal bersamamu adalah pengalaman terindahku. Hanya pengalaman bersamamu yang akan kuceritakan kepada dunia agar dunia iri kepadaku, kepada kebahagiaanku.
Masih banyak hal yang musti kita lakukan bersama, dunia masih menantikan kita untuk mengukir cerita diatas tanahnya, ibaratkan sebuah lilin ketika sumbunya terbakar, perlahan lilin itu meleleh hingga menyisakan lelehan yang tak bisa kembali menjadi lilin, ibaratkan beras yang telah menjadi nasi dan tidak mungkin untuk kembali menjadi beras utuh.
Rasa takutku mulai muncul, perlahan tapi semakin lama semakin membuat dadaku sesak. Aku merasakan hal berbeda, aku tak terbiasa tanpamu, tanpa kabarmu. Perasaanku mulai tak terukur, semua serba kacau.
Kau mulai jarang menemuiku, kau mulai jarang menanyakan kabarku, bertemu pun tak senyaman hari-hari kemarin. Mungkin kau merasa bosan dengan apa yang sering kita lakukan bersama, ataukah mungkin kau telah bosan jika melakukan banyak hal bersamaku, aku pahami itu, namun satu hal aku tak akan pernah bosan untuk melakukan banyak hal bersamamu.
Aku tau kau bukanlah orang yang meluapkan segala hal hanya karena kau tak menyukainya, aku sadari itu, pertemuan kita terakhir kali telah kubaca dengan baik kalau kau tak lagi tersenyum seperti biasanya, seolah aku menghadapi orang yang berbeda, bukan orang selama ini sering bersamaku, ingin menemaniku. Jauh dalam lubuk hatiku dan pikiranku tertimbun ribuan Tanya yang sebenarnya ingin ku utarakan kepadamu, namun aku tak ingin menyinggung perasaanmu. Aku tidak ingin membuat semuanya menjadi lebih kacau.
Hari demi hari berlalu, aku perlahan sadar bahwa aku tak pernah kau kunjungi lagi, tak pernah kau kabari lagi. Aku merasa tak nyaman dengan hariku yang seperti itu. Akupun tidak mengabarimu sebab aku takut mengganggumu, takut menyinggungmu sebab aku masih selalu berharap kau akan datang kembali.
Aku mulai berjalan sendiri, mencoba untuk melakukan hal-hal sendiri, namun tak pernah mudah sebab aku terbiasa bersamamu. Ada perasaan yang begitu mengganjal ketika tak bersamamu, semangatku tak pernah kurasa kuat, langkah seolah tak bermakna.
Sore itu kuputuskan untuk berjalan sendiri ketempat-tempat yang sering kita kunjungi bersama, aku sampai ditaman bunga itu, dan aku melihatmu tertawa disana, tawa yang selama ini selalu kurindukan, aku melihatnya hari ini. Di taman ini. Tapi semakin kuliahat dadaku seolah akan runtuh, jantung serasa ingin menembus keluar. Kau tertawa bersamanya, bersama orang yang bukan aku.
Kutepuk dadaku, kuingin jantungku berhenti untuk berdegup sekencang ini yang bahkan detik waktu masih lebih lambat darinya.ingin rasaku untuk mengutukmu, mencelamu, mencaci bahkan menghinamu, namun apa yang harus aku perbuat. Aku tidaklah memiliki hak untuk itu semua. Andai aku adalah kekasihmu, aku akan melakukan semua itu. Namun tidak, kita hanyalah teman yang kebetulan pernah menjalani hari-hari bagaikan sepasang kekasih. Kupasrahkan pipiku dibasahi oleh air mata.
Haruskah aku merelakanmu? Aku terus bertanya-tanya, dan sesaat dalam benakku ingin kumiliki kau seutuhnya, iya. Dengan sebuah status yang mengikat kita. Apakah itu pacar,kekasih atau apapun itu yang bisa membuatmu untuk tetap disisiku dan menutup jalan bagi orang lain untuk merebutmu dari dekapanku.
Namun semakin aku fikirkan semakin sakit pula dadaku, bagaimana jikalau hanya aku yang menginginkan itu, sementara kau sama sekali tak menginginkannya? Apa yang akan aku lakukan?
Kuputuskan untuk menanggung semuanya, ini adalah rasaku, dan ini adalah hukuman karena merasakannya, aku yang bersalah kenapa aku merasakannya, kenapa aku terlalu cepat menyimpulkan kalau kau tak akan pernah meninggalkanku. Aku memang terlalu naïf. Aku menutupi segala rasaku, aku menahan segala sakit didadaku. Akan kubiarkan semuanya mengalir, kalau memang harus kuhilangkan, rasa ini mungkin akan segera pergi.
Aku sangat tidak pandai mengalihkan dunia, aku tak mudah untuk nyaman terhadap sesuatu. Akan kucoba mengurusnya sendiri, akupun masih terus berharap dalam tiap lantunan doaku kepadaNya agar kau bisa kembali untuk bersamaku lagi.
CHUNK ND
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H