Mohon tunggu...
Chunk ND
Chunk ND Mohon Tunggu... mahasiswa -

mahasiswa tingkat akhir tak ada kata terlambat untuk belajar, termasuk menulis sebagai coretan untuk keabadian. sebab dengan menulis maka ingatan akan terawat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen| Yang Terpendam

9 April 2017   14:38 Diperbarui: 9 April 2017   23:00 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tau kau bukanlah orang yang meluapkan segala hal hanya karena kau tak menyukainya, aku sadari itu, pertemuan kita terakhir kali telah kubaca dengan baik kalau kau tak lagi tersenyum seperti biasanya, seolah aku menghadapi orang yang berbeda, bukan orang selama ini sering bersamaku, ingin menemaniku. Jauh dalam lubuk hatiku dan pikiranku tertimbun ribuan Tanya yang sebenarnya ingin ku utarakan kepadamu, namun aku tak ingin menyinggung perasaanmu. Aku tidak ingin membuat semuanya menjadi lebih kacau.

Hari demi hari berlalu, aku perlahan sadar bahwa aku tak pernah kau kunjungi lagi, tak pernah kau kabari lagi. Aku merasa tak nyaman dengan hariku yang seperti itu. Akupun tidak mengabarimu sebab aku takut mengganggumu, takut menyinggungmu sebab aku masih selalu berharap kau akan datang kembali.

Aku mulai berjalan sendiri, mencoba untuk melakukan hal-hal sendiri, namun tak pernah mudah sebab aku terbiasa bersamamu. Ada perasaan yang begitu mengganjal ketika tak bersamamu, semangatku tak pernah kurasa kuat, langkah seolah tak bermakna.

Sore itu kuputuskan untuk berjalan sendiri ketempat-tempat yang sering kita kunjungi bersama, aku sampai ditaman bunga itu, dan aku melihatmu tertawa disana, tawa yang selama ini selalu kurindukan, aku melihatnya hari ini. Di taman ini. Tapi semakin kuliahat dadaku seolah akan runtuh, jantung serasa ingin menembus keluar. Kau tertawa bersamanya, bersama orang yang bukan aku.

Kutepuk dadaku, kuingin jantungku berhenti untuk berdegup sekencang ini yang bahkan detik waktu masih lebih lambat darinya.ingin rasaku untuk mengutukmu, mencelamu, mencaci bahkan menghinamu, namun apa yang harus aku perbuat. Aku tidaklah memiliki hak untuk itu semua. Andai aku adalah kekasihmu, aku akan melakukan semua itu. Namun tidak, kita hanyalah teman yang kebetulan pernah menjalani hari-hari bagaikan sepasang kekasih. Kupasrahkan pipiku dibasahi oleh air mata.

Haruskah aku merelakanmu? Aku terus bertanya-tanya, dan sesaat dalam benakku ingin kumiliki kau seutuhnya, iya. Dengan sebuah status yang mengikat kita. Apakah itu pacar,kekasih atau apapun itu yang bisa membuatmu untuk tetap disisiku dan menutup jalan bagi orang lain untuk merebutmu dari dekapanku.

Namun semakin aku fikirkan semakin sakit pula dadaku, bagaimana jikalau hanya aku yang menginginkan itu, sementara kau sama sekali tak menginginkannya? Apa yang akan aku lakukan?

Kuputuskan untuk menanggung semuanya, ini adalah rasaku, dan ini adalah hukuman karena merasakannya, aku yang bersalah kenapa aku merasakannya, kenapa aku terlalu cepat menyimpulkan kalau kau tak akan pernah meninggalkanku. Aku memang terlalu naïf. Aku menutupi segala rasaku, aku menahan segala sakit didadaku. Akan kubiarkan semuanya mengalir, kalau memang harus kuhilangkan, rasa ini mungkin akan segera pergi.

Aku sangat tidak pandai mengalihkan dunia, aku tak mudah untuk nyaman terhadap sesuatu. Akan kucoba mengurusnya sendiri, akupun masih terus berharap dalam tiap lantunan doaku kepadaNya agar kau bisa kembali untuk bersamaku lagi.

CHUNK ND

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun