Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anak Kos Sekarang Bukan = Anak Rantau

9 Mei 2022   15:51 Diperbarui: 9 Mei 2022   15:53 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngomong-ngomong soal merantau, waktu akhirnya saya merantau dan mau tidak mau jadi anak kos, di kepala saya, yang namanya anak kos itu ya seperti saya itu. Harus tinggal di kota Bandung karena kuliah. Jauh dari orang tua. Meski ada saudara, tetapi jadi anak kos tetap menjadi pilihan utama yang disarankan bapak dan ibu di kota kelahiran supaya tidak menyusahkan orang lain serta belajar mandiri. Bahwa saya tidak kos di dekat kampus Jatinangor, ya ada alasannya sebab seperti yang sudah saya sebut juga.

Intinya, anak kos itu tinggal di sebuah kamar milik orang lain karena rumah tinggal aslinya jauh dengan membayarkan sejumlah uang tiap bulan atau tahun sebagai pengganti fasilitas yang diterima.  

Makna dari anak kos versi isi kepala saya tadi mulai bergeser sekitar lima belas tahun ini ketika saya dapati teman kos saya adalah asli orang kota Bandung yang kebetulan sedang  kuliah di ITB. Rada kaget begitu tahu rumah ibu bapaknya itu sebenarnya cuma sekali naik angkot dan butuh waktu sekitar tiga puluh sampai empat puluh limat menit saja untuk sampai ke kampusnya.

Rada aneh kalau alasan jarak rumahnya itu menjadi alasan kenapa dia harus kos.

"Waktu aku sekolah, jaraknya juga kurang lebih sama, Mbak," ceritanya. "Kalau masuk sekolah juga tiap hari pagi. Kalau kuliah hanya beberapa hari saja yang masuk pagi. Bedanya... Dulu waktu sekolah aku nggak pernah telat karena jalanan lancar. Sekarang, biar pakai motor masih suka telat juga apalagi kalau malamnya begadang karena ngerjain tugas. Udah deh... Hari itu bisa jadi nggak ikut kuliah karena telat banget.."

Apa yang diceritakan si adik itu memang menjadi fenomena menarik atas bergesernya makna anak kos yang selama ini diketahui. Kalau dulu yang kos adalah mereka yang beda daerah, terutama yang jauh-jauh, sekarang yang sekota, tetapi beda kecamatan lebih memilih kos daripada harus terlambat beraktivitas.

Kemacetan kota menjadi penyebab utama memilih kos meski hanya beda kecamatan. Daripada telat dan kalau dihitung-hitung biaya, waktu dan tenaga maka pilihan ngekos adalah pilihan tepat.

Tinggal sekarang pemenuhan bangunan atau tempat kos yang memang tiap tahun selalu bertambah. Bukan sekadar karena banyak orang luar daerah yang masuk, tetapi karena alasan kemacetan sehingga mencari alternatif tinggal di tempat yang dekat meski jarak dengan rumah asli kurang dari sejam.

Selamat datang di kota yang akan terus berkembang... (anj2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun