Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saatnya Mencoba Melanggar Aturan

6 Mei 2022   19:15 Diperbarui: 6 Mei 2022   19:17 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Bandung nan padat saat libur lebaran (dokpri)

Kebalikan dari cerita saat lebaran tiba, jalanan di kota Bandung di hari kedua dan ketiga lalu seterusnya setelah lebaran, mulai dipadati. Bukan saja kendaraan, tetapi juga manusia. Entah darimana lagi para manusia ini memenuhi kota Bandung tercinta.

Mereka datang kali ini bukan saja datang sendiri atau berdua, tapi bergerombol. Bisa lebih dari 10 orang bahkan. Bisa jadi bukan sekadar saudara, tetapi juga teman sekampung yang sengaja bertujuan sama.

Sudah begini, tentu saja mereka akan berusaha untuk tidak "menghilang" saat menikmati kota Bandung. Meski ada fasilitas HP yang dimiliki masing-masing, tetap saja ada saja kondisi saling mencari atau menunggu sebab ada anggota rombongan yang menghilang.

Makin ramai kalau sudah begini terutama jika itu di areal publik yang memang banyak sekali peminatnya.

Sudah begini, siapa yang paling bahagia?

Tentu saja para penjual yang sudah lama menunggu momen seperti ini.

Tidak hanya penjual pinggir jalan, tetapi juga para pedagang di dalam gedung pusat perbelanjaan. Rasanya apa saja yang ditawarkan, ada saja yang mau beli. Apalagi barang yang sedang hits dan viral, bisa cepat habisnya.

Selain barang, para penjual makanan tentu juga sangat berbahagia.

Betapa tidak... Urusan perut kalau sudah meminta, tidak ada yang bisa merayunya lagi. Harus segera diatasi dengan mengisinya. Di sinilah para penjaja makanan bisa memberikan pelayanan terbaik agar perut terisi dan para pendatang serta penikmati kota Bandung kembali bisa menikmati hari liburnya di Bandung dengan baik.

Namun, ada satu hal yang akhir-akhir ini jadi perhatian saya dan banyak ditemui. Satu hal yang biasanya akan terjadi saat liburan saja. Kalau hari biasa, nampaknya tidak banyak yang berani,

Hal itu adalah pelanggaran lalu lintas atas nama permakluman hari libur.

Entah berapa kali saya menemukan pelanggaran-pelanggaran itu seperti tidak masalah dilakukan. Memang bukan pelanggaran besar, tetapi kalau yang kecil-kecil itu terjadi berulang di beberapa tempat, bahaya juga.

Berapa tahun lalu, saya sempat curi dengar ketika ada petugas menghentikan sebuah mobil bak terbuka yang sengaja dibuat  ada semacam atap dari terpal untuk sekadar menghindarkan panas dan mungkin hujan dari para penumpang yang duduk di sana terdiri dari ibu-ibu, beberapa lelaki dewasa dan banyak anak-anak. Wajah-wajah ceria terpancar dari penumpang. Tidak ada rasa takut atau cemas duduk di bak mobil yang biasa diisi buat barang tersebut. Tujuan mereka ke arah kebun binatang.

Petugas yang sempat berjaga menghentikan mereka lalu bertanya dari dan mau kemana. Setelah dijawab, petugas juga memberitahu bahwa apa yang mereka lakukan itu bisa mengundang hal yang tidak diinginkan. Apalagi penumpangnya cukup padat. Tapi, mereka bisa menyangkalnya dengan alasan, "Kami dari jauh, Pak... Ini buat hiburan pas liburan. Sekali setahun dan menghemat juga. Kalau naik angkot mahal sekali."

Sempat ada sedikit perdebatan diantara mereka. Tapi, akhirnya petugas mempersilahkan rombongan itu meneruskan perjalanan, namun dengan catatan agar berhati-hati dan tidak boleh mengulang memakai kendaraan seperti itu. Apalagi jika di hari biasa.

Lalu, beberapa kali hari kemarin bukan sekali dua saya melihat warga yang dengan cueknya melenggang tanpa helem, melanggar aturan verboden di beberapa tempat. Ketika ada yang mengingatkan, lagi-lagi alasannya "Lagi liburan lebaran nih... Nggak apa deh sekali-sekali." Kalau pas ketahuan ya harus ditilang, kalau pas "beruntung" ya lewat saja. Repot juga kalau harus berulang kejadian, diingatkan tapi tidak dilaksanakan dengan alasan dimaklum tadi.

Sebagai seorang awam, saya juga merasa ngenes melihat kondisi itu. Namun, juga tidak berbuat banyak sebab yang melakukan tidak hanya satu orang atau di satu tempat. Banyak "permakluman" tersebut terjadi di banyak tempat dan banyak orang.

Padahal baru saja membiarkan kehidupan dimulai dari nol lagi setelah sebulan berpuasa. Sayang saja jika harus cepat ternoda lagi. (anj2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun