Hal itu adalah pelanggaran lalu lintas atas nama permakluman hari libur.
Entah berapa kali saya menemukan pelanggaran-pelanggaran itu seperti tidak masalah dilakukan. Memang bukan pelanggaran besar, tetapi kalau yang kecil-kecil itu terjadi berulang di beberapa tempat, bahaya juga.
Berapa tahun lalu, saya sempat curi dengar ketika ada petugas menghentikan sebuah mobil bak terbuka yang sengaja dibuat  ada semacam atap dari terpal untuk sekadar menghindarkan panas dan mungkin hujan dari para penumpang yang duduk di sana terdiri dari ibu-ibu, beberapa lelaki dewasa dan banyak anak-anak. Wajah-wajah ceria terpancar dari penumpang. Tidak ada rasa takut atau cemas duduk di bak mobil yang biasa diisi buat barang tersebut. Tujuan mereka ke arah kebun binatang.
Petugas yang sempat berjaga menghentikan mereka lalu bertanya dari dan mau kemana. Setelah dijawab, petugas juga memberitahu bahwa apa yang mereka lakukan itu bisa mengundang hal yang tidak diinginkan. Apalagi penumpangnya cukup padat. Tapi, mereka bisa menyangkalnya dengan alasan, "Kami dari jauh, Pak... Ini buat hiburan pas liburan. Sekali setahun dan menghemat juga. Kalau naik angkot mahal sekali."
Sempat ada sedikit perdebatan diantara mereka. Tapi, akhirnya petugas mempersilahkan rombongan itu meneruskan perjalanan, namun dengan catatan agar berhati-hati dan tidak boleh mengulang memakai kendaraan seperti itu. Apalagi jika di hari biasa.
Lalu, beberapa kali hari kemarin bukan sekali dua saya melihat warga yang dengan cueknya melenggang tanpa helem, melanggar aturan verboden di beberapa tempat. Ketika ada yang mengingatkan, lagi-lagi alasannya "Lagi liburan lebaran nih... Nggak apa deh sekali-sekali." Kalau pas ketahuan ya harus ditilang, kalau pas "beruntung" ya lewat saja. Repot juga kalau harus berulang kejadian, diingatkan tapi tidak dilaksanakan dengan alasan dimaklum tadi.
Sebagai seorang awam, saya juga merasa ngenes melihat kondisi itu. Namun, juga tidak berbuat banyak sebab yang melakukan tidak hanya satu orang atau di satu tempat. Banyak "permakluman" tersebut terjadi di banyak tempat dan banyak orang.
Padahal baru saja membiarkan kehidupan dimulai dari nol lagi setelah sebulan berpuasa. Sayang saja jika harus cepat ternoda lagi. (anj2022)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H