Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lebaran yang "Dol"

3 Mei 2022   13:07 Diperbarui: 3 Mei 2022   13:17 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana lebaran di salah satu ruas jalan kota Bandung yang biasanya macet (dokpri)

Lebaran tahun ini adalah salah satu lebaran yang menarik. Selain bisa kumpul Kembali dengan keluarga setelah dua tahun "cuti", juga melihat fenomena yang menarik, dampak dari hal tersebut.

Setelah mendapat izin dari kakak saya yang berlebaran, saya pun hendak bersilahturahmi ke rumahnya. Sesuatu yang sudah sangat saya rindukan sejak dua tahun lalu. Bukan semata karena taat pada saran pemerintah, tetapi juga karena kami ingin saling menjaga supaya tidak terjadi hal yang diinginkan, dampak dari kenekadan ingin jumpa.

Maka di hari pertama itu, setelah sedikit memperkirakan beberapa hal, termasuk soal waktu agar bisa memberi kesempatan keluarga kakak untuk halal bihalal dahulu dengan para tetangga dan kerabat, saya bersiap berangkat. Pilihan transportasi yang cepat dan mudah adalah dengan menggunakan ojol.

Yang sudah-sudah, sekitar jam sepuluh adalah waktu yang cukup tepat untuk melakukan aktivitas. Transportasi sudah banyak yang bisa didapat, termasuk ojol.

Namun, nampaknya tahun ini beda. Sudah nyaris setengah jam saya pesan lalu terpaksa batalkan karena terlalu lama, tidak dapat-dapat juga. Padahal dari dua aplikasi ojol yang berbeda. Bergantian. Tumben sekali. Biasanya tidak sesulit ini.

Hingga nyaris sekitar sejam, saya baru mendapat ojol yang saya butuhkan. Itu pun drivernya rada memutar dari titik jemput. Dari cerita babang ojolnya, dia menerima pesanan saya saat masih harus mengantarkan costumer lain. Kondisi ini sudah beberapa waktu terjadi karena sedang langkanya driver sebab banyak alasan.

Sepanjang perjalnaan, terhitung lancar-lancar saja. Melewati ruas jalan utama pun tidak semacet yang sempat kami kira. Paling sesekali kami berpapasan dengan serombongan orang yang sepertinya memang sengaja berkeliling silahturahmi. Tidak ada kemacetan lebih.

Begitu masuk perkampungan yang memang mau tidak mau harus kami lalui, kepadetan itu mulai muncul. Bukan saja karena kendaraan yang hilir mudik, atau orang-orang yang bisa tiba-tiba datang bergerombol. Tetapi, juga karena mobil yang di parkir satu sisi jalan sementara jalan yang dimaksud adalah jalan yang dilalui dua jalur.

Dari curi dengar beberapa orang yang bantu kelancaran lalu lintas, mobil-mobil yang diparkir itu adalah mobil para tamu yang sedang bersilahturahmi. Jadi, tidak mudah menemukan tamunya siapa sebab harus bertanya pada berapa rumah di sekitar situ. Tambah kerjaan sekali...

Yang menarik... Dari semua kendaraan lalu lalang itu, hanya saya dan satu dua orang saja yang menggunakan ojol motor. Jarang sekali terlihat jaket-jaket hijau dengan nama aplikasi ojol yang berpapasan dengan kami. Padahal jalur menuju rumah kakak saya ini, paling praktis menggunakan motor.

Tak lama sampai di rumah kakak, seorang saudara nampak sedikit emosi di luar sana. Setelah perkara kelar, ternyata ia sedang berurusan dengan seorang pengguna jalan di depan rumah kakak saya persis. Jalanan yang tidak terlalu besar, biasanya hanya dipenuhi oleh kendaraan orang kompleks perumahan saja, hari itu menjadi jalan alternatif sekian banyak kendaraan. Tentu saja membutuhkan keterampilan agar bisa lewat, baik dari mobil yang mau lewat atau dari pemilik mobil yang sedang memarkirkan mobilnya. Harus sama-sama pengertian.

Mungkin karena tidak sabaran, buru-buru atau ada hal lain, emosi itu sempat terlontar justru di hari nan fitri. Untung saja tidak sampai ada sesuatu lain yang lebih membahayakan mereka sendiri. Kami pun bisa berlebaran dengan segenap keluarga dengan tenang.

Bersama keluarga dalam kehangatan di hari lebaran begini memang sangat beda kalau berkumpul di hari biasa. Bukan saja dari sajian yang disajikan, tetapi kedekatan dalam bentuk cerita dan senda gurau yang membuat keceriaan serta sukacita lebih menyertai pertemuan kami. Walau tak bisa lama, pertemuan yang sangat dirindukan setelah dua tahun ini sungguh-sungguh membasuh dahaga rindu bersama keluarga.

Keponakan saya yang baru menikah harus membagi waktunya dengan keluarga pasangannya. Maka sembari tetap saling cerita, ia sengaja mencari taksi online yang bisa mengantar mereka berdua ke rumah mertuanya.

Kedua pasangan muda itu terlihat sibuk memesan taksi online. HP bergantian mereka gunakan demi bisa mendapat angkutan yang dibutuhkan. Hingga nyaris sejam juga, tidak ada tanda-tanda mereka bisa segera berangkat. Akhirnya, kakak saya berinisiatif mengantarkan mereka walau sempat ada rasa tak enak juga sebab berarti mengurangi silahturahmi keluarga lain.

Sebab sekalian pulang juga, saya ikut mereka. Rencananya, sampai depan kompleks atau di jalan utama saya akan cari ojol lagi.

Namun, lagi-lagi sepanjang perjalanan kami itu, tidak menemukan pengendara motor mengenakan jaket hijau khas itu. Kalau pun ada, biasanya sudah bersama penumpang atau seperti buru-buru. Mungkin dia ditunggu yang sudah memesannya. Alhasil, saya pun ikut silahturahmi ke rumah besan kakak.

Sepulang dari sana, mau tidak mau saya dan kakak harus berusaha mencari ojol. Tidak enak kalau dia harus mengantarkan saya yang sangat beda jauh dari rumahnya.

Dan, sekali lagi kesulitan itu harus saya hadapi. Bahkan kali ini, begitu dapat, saya siap "diangkut" malah dicancel oleh pengendaranya. Walah...

Akhirnya, daripada menunggu yang tak pasti, saya ingat ada angkot yang lewat sekitar sini. Mungkin masih tetap harus menunggu. Namun, setidaknya yakin pasti ada. Walau kakak saya sempat meragu, tetapi tidak ada pilihan lain.

Beruntungnya, nggak lama setelah saya diturunkan di tempat jalur angkot, yang saya tunggu tiba juga. Angkotnya penuh, tapi saya masih bisa duduk di sebelah supir. Puji Tuhan.

Setelah dua tahun, merasakan lagi duduk di depan, samping supir angkot. (dokpri)
Setelah dua tahun, merasakan lagi duduk di depan, samping supir angkot. (dokpri)

Perjalanan sangat lancar. Sepertinya jalanan di kota ini memang bisa menjadi surga di hari pertama lebaran itu. Tidak ada kemacetan lebih. Sepanjang jalur angkot, nggak sekali dua masyarakat yang menanti. Karena sudah penuh, terpaksa ditolak.

Dari angkot pertama, saya harus naik lagi angkot kedua. Eh, tidak perlu menunggu lama lagi. Angkot menuju rumah ini pun mengharuskan saya duduk di sebelah supir. Bahkan, setiap ada penumpang turun, pasti tidak lama, akan ada lagi penumpang naik.

Karena kondisi ini, si supir sebelah saya sumringah banget sambil bilang "Coba tiap hari begini ya, Neng... Jalanan kota lancar. Penumpang banyak karena ojol pada lebaran semua..." Kami tertawa.

Lebaran tahun ini memang beda.

Semua orang dari segenap lapisan seperti tercurah ruah ingin meluapkan kebahagian dalam menyambut hari nan suci itu saja. Sepertinya semua orang berpikiran sama untuk memberi perhatian lebih kepada keluarga serta kerabat dekat, menyingkirkan dulu rutinitas keseharian dan atau kecemasan yang selama ini menyertai.

Tidak hanya karena paska pandemi saja, namun banyak kebahagiaan yang didapat. Bahkan dari sesuatu yang seringkali menjadi bahan kita mengumpat. (anj2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun