Sejak kemarin, umat Katolik memperingati apa yang disebut dengan "Tri Hari suci", yaitu Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Paskah. Puncaknya di hari Minggu yang biasa disebut dengan Minggu Paskah.
Dalam hari-hari itu, kami diingatkan kembali tentang peristiwa wafatnya Yesus Kristus, dari awal hingga pada kebangkitannya. Ada banyak kisah yang menyertai di sana, baik diambil dari Kitab Suci maupun dari berbagai literasi.
Di hari Jumat Agung ini, saya tertarik sekali untuk sedikit merefleksikan tentang sosok Yudas yang disinyalir sebagai orang yang sangat berperan penting atas peristiwa penyaliban Yesus. Sosok yang dianggap penghianat dan jahat kepada orang yang sudah sedemikian baik padanya.
Di dalam Injil sendiri, tidak terlalu dijelaskan bagaimana keseharian atau sosok detail Yudas ini. Dari beberapa literasi internet, baru saya temui beberapa hal yang berhubungan dengannya. Tetapi, tetap minimalis sekali.
Beberapa tahun lalu imajinasi saya diajak bermain-main tentang sosok satu itu plus dengan bagaimana kesehariannya bersama Yesus. Hasil imajinasi dalam bentuk cerbung atau cerita bersambung itu bisa dilihat di : https://berajasenja.wordpress.com/2022/04/11/tuan-hamba-uang-1/
Dari main-main imajinasi itulah, saya jadi punya pikiran yang kemudian menjadi refleksi tersendiri.
Yudas adalah salah satu murid pilihan Yesus. Dari awal kehidupannya yang suram, dipanggil oleh Yesus menjadi umat kesayangannya bahkan dipercaya menjadi seorang bendahara, sebenarnya sebuah anugerah yang layak sekali jika disyukuri dan dipertanggungjawabkan dengan sungguh.
Dalam pengolahan batin pun, saya membayangkan mereka pasti lebih kuat dengan bersama berlatih dan berdoa rutin. Tanpa putus. Untuk urusan hidup sehari-hari, pasti mereka sudah terjamin. Kalau dilihat bagaimana mereka mengolah hidup rohani dan langsung ada contohnya, rasanya keinginan duniawi juga bisa jadi tidak terlintas di kepala apalagi hendak mencoba. Kehidupan mereka murni untuk pelayanan tanpa ada maksud atau pamrih dengan segala sesuatu berhubungan dengan duniawi. Demikian juga urusan berelasi dnegan sesama atau sekitarnya, rasanya tidak ada masalah berarti. Mereka bisa diterima dengan baik oleh masyarakat sekelilingnya serta tahu batas. Lepas bahwa diantara masyarakat itu ada yang berniat tidak baik kepada Yesus lalu memanfaatkan salah satu murid kesayanganNya.
Lalu... Dengan semua kondisi baik serta energi yang selalu baik juga terpancar dari sekitar, mestinya membuat seseorang yang demikian dekat dengan Tuannya itu akan membela sedemikian rupa. Tidak akan rela jika Sang Tuan tersakiti. Apalagi berniat menghianati.
Lantas... Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Yudas dengan menjual Yesus? Adakah sesuatu lain yang tidak (sempat) diceritakan di Injil?