Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Kamu Cari, Yudas?

15 April 2022   10:01 Diperbarui: 15 April 2022   20:19 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari : https://wikioo.org/

Sejak kemarin, umat Katolik memperingati apa yang disebut dengan "Tri Hari suci", yaitu Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Paskah. Puncaknya di hari Minggu yang biasa disebut dengan Minggu Paskah.

Dalam hari-hari itu, kami diingatkan kembali tentang peristiwa wafatnya Yesus Kristus, dari awal hingga pada kebangkitannya. Ada banyak kisah yang menyertai di sana, baik diambil dari Kitab Suci maupun dari berbagai literasi.

Di hari Jumat Agung ini, saya tertarik sekali untuk sedikit merefleksikan tentang sosok Yudas yang disinyalir sebagai orang yang sangat berperan penting atas peristiwa penyaliban Yesus. Sosok yang dianggap penghianat dan jahat kepada orang yang sudah sedemikian baik padanya.

Di dalam Injil sendiri, tidak terlalu dijelaskan bagaimana keseharian atau sosok detail Yudas ini. Dari beberapa literasi internet, baru saya temui beberapa hal yang berhubungan dengannya. Tetapi, tetap minimalis sekali.

Beberapa tahun lalu imajinasi saya diajak bermain-main tentang sosok satu itu plus dengan bagaimana kesehariannya bersama Yesus. Hasil imajinasi dalam bentuk cerbung atau cerita bersambung itu bisa dilihat di : https://berajasenja.wordpress.com/2022/04/11/tuan-hamba-uang-1/

Dari main-main imajinasi itulah, saya jadi punya pikiran yang kemudian menjadi refleksi tersendiri.

Yudas adalah salah satu murid pilihan Yesus. Dari awal kehidupannya yang suram, dipanggil oleh Yesus menjadi umat kesayangannya bahkan dipercaya menjadi seorang bendahara, sebenarnya sebuah anugerah yang layak sekali jika disyukuri dan dipertanggungjawabkan dengan sungguh.

Dalam pengolahan batin pun, saya membayangkan mereka pasti lebih kuat dengan bersama berlatih dan berdoa rutin. Tanpa putus. Untuk urusan hidup sehari-hari, pasti mereka sudah terjamin. Kalau dilihat bagaimana mereka mengolah hidup rohani dan langsung ada contohnya, rasanya keinginan duniawi juga bisa jadi tidak terlintas di kepala apalagi hendak mencoba. Kehidupan mereka murni untuk pelayanan tanpa ada maksud atau pamrih dengan segala sesuatu berhubungan dengan duniawi. Demikian juga urusan berelasi dnegan sesama atau sekitarnya, rasanya tidak ada masalah berarti. Mereka bisa diterima dengan baik oleh masyarakat sekelilingnya serta tahu batas. Lepas bahwa diantara masyarakat itu ada yang berniat tidak baik kepada Yesus lalu memanfaatkan salah satu murid kesayanganNya.

Lalu... Dengan semua kondisi baik serta energi yang selalu baik juga terpancar dari sekitar, mestinya membuat seseorang yang demikian dekat dengan Tuannya itu akan membela sedemikian rupa. Tidak akan rela jika Sang Tuan tersakiti. Apalagi berniat menghianati.

Lantas... Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Yudas dengan menjual Yesus? Adakah sesuatu lain yang tidak (sempat) diceritakan di Injil?

Bisikan Maut

Kalau dari kisah selanjutnya setelah Yesus dijual oleh Yudas seharga 30 keping perak, tidak diceritakan lagi apa yang dikerjakan Yudas dengan upahnya itu. Memang ada yang menyebut, setelahnya dibelikan tanah, namun setelah kejadian mendapat upah tersebut, dia ngapain?

Jika Yudas hidup di masa sekarang, bisa saja setelah mendapat upah atas penjualan sahabatnya itu, Yudas melarikan diri sejenak. Bersenang-senang menghabiskan sebagian uang. Setelahnya baru ia melakukan sesuatu yang lain dengan uang itu.

Namun, tidak saya dapati kisah bagaimana ia memanfaatkan uang 30 keping uang perak tersebut dengan nyata. Bahkan justru peristiwa bunuh dirinya yang lebih sering terdengar dan atau dijelaskan. Di beberapa ilustrasi bunuh dirinya Yudas, digambarkan dengan sosok yang gantung diri dan kepingan uang berjatuhan. Anggaplah itu benar, maka uang 30 keping perak ternyata dibawa mati oleh Yudas tanpa sempat dimanfaatkan.

Dengan cerita tersebut, tersirat dalam diri saya, sebenarnya Yudas itu cari apa sih dengan menjual Yesus itu? Bukankah upah yang didapat bisa dibilang sia-sia, tidak dapat dimanfaatkan?

Bila dimisalkan saat ini, saya membayangkan yang dijual Yudas itu bukan sosok baik yang telah memberi segala kebaikan hidup baginya. Tetapi, yang dijual adalah sebuah prinsip yang kalau mau jujur sudah membuatnya menjadi lebih baik sekaligus awalnya tidak terbersit untuk menjadi bahan dagangan. Toh, dari segala kebaikan prinsip yang dipegang itu, diri sendiri menjadi jauh lebih baik?

Seiringa waktu, bisa jadi saat prinsip itu sedikit goyah lalu membandingkan dengan yang lain, ada sesuatu dalam diri menyeruak juga pelan. Sesuatu seperti bisikan yang seperti menantang bahwa kita bisa membuktikan bisa lebih dari prinsip itu sendiri. Mungkin tujuannya bukan untuk terkenal, itu hanya dampak. Tetapi, keberanian atas menerima tantangan bisikan bahwa kita bisa lebih menjadikan kita melepas banyak prinsip baik yang akhirnya malah bisa merugikan diri sendiri.

Semoga kita tidak perlu hingga melengkahi segala prinsip baik itu hanya untuk tujuan sesuatu yang mungkin kita sendiri juga tidak tahu.

Selamat mengikuti rangkaian Paskah... (anj22)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun