Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Kamu Cari, Yudas?

15 April 2022   10:01 Diperbarui: 15 April 2022   20:19 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari : https://wikioo.org/

Bisikan Maut

Kalau dari kisah selanjutnya setelah Yesus dijual oleh Yudas seharga 30 keping perak, tidak diceritakan lagi apa yang dikerjakan Yudas dengan upahnya itu. Memang ada yang menyebut, setelahnya dibelikan tanah, namun setelah kejadian mendapat upah tersebut, dia ngapain?

Jika Yudas hidup di masa sekarang, bisa saja setelah mendapat upah atas penjualan sahabatnya itu, Yudas melarikan diri sejenak. Bersenang-senang menghabiskan sebagian uang. Setelahnya baru ia melakukan sesuatu yang lain dengan uang itu.

Namun, tidak saya dapati kisah bagaimana ia memanfaatkan uang 30 keping uang perak tersebut dengan nyata. Bahkan justru peristiwa bunuh dirinya yang lebih sering terdengar dan atau dijelaskan. Di beberapa ilustrasi bunuh dirinya Yudas, digambarkan dengan sosok yang gantung diri dan kepingan uang berjatuhan. Anggaplah itu benar, maka uang 30 keping perak ternyata dibawa mati oleh Yudas tanpa sempat dimanfaatkan.

Dengan cerita tersebut, tersirat dalam diri saya, sebenarnya Yudas itu cari apa sih dengan menjual Yesus itu? Bukankah upah yang didapat bisa dibilang sia-sia, tidak dapat dimanfaatkan?

Bila dimisalkan saat ini, saya membayangkan yang dijual Yudas itu bukan sosok baik yang telah memberi segala kebaikan hidup baginya. Tetapi, yang dijual adalah sebuah prinsip yang kalau mau jujur sudah membuatnya menjadi lebih baik sekaligus awalnya tidak terbersit untuk menjadi bahan dagangan. Toh, dari segala kebaikan prinsip yang dipegang itu, diri sendiri menjadi jauh lebih baik?

Seiringa waktu, bisa jadi saat prinsip itu sedikit goyah lalu membandingkan dengan yang lain, ada sesuatu dalam diri menyeruak juga pelan. Sesuatu seperti bisikan yang seperti menantang bahwa kita bisa membuktikan bisa lebih dari prinsip itu sendiri. Mungkin tujuannya bukan untuk terkenal, itu hanya dampak. Tetapi, keberanian atas menerima tantangan bisikan bahwa kita bisa lebih menjadikan kita melepas banyak prinsip baik yang akhirnya malah bisa merugikan diri sendiri.

Semoga kita tidak perlu hingga melengkahi segala prinsip baik itu hanya untuk tujuan sesuatu yang mungkin kita sendiri juga tidak tahu.

Selamat mengikuti rangkaian Paskah... (anj22)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun