Nafas lega mulai bisa Rio hembuskan.
Mama tersayang, sudah bisa pulang. Segala alat bantu pun sudah dilepas. Tinggal membuat mama bisa senyaman mungkin agar segera pulih.
"Jadi, kapan mamamu dapat mantu? Siapa tahu dengan berita itu kesembuhan mamamu semakin cepat," tanya pakde serius.
Rio tersenyum tipis. Dalam hati ia memencak hebat.
Heran, dari awal mama masuk rumah sakit, saat sedang parah-parahnya dan hari ini, semua pertanyaan mereka sama seperti yang pakde tanyakan barusan. Memangnya ada jaminan kesehatan mamanya akan sembuh?
Apalagi antara dia dan Pramita juga masih adem ayem saja. Mereka sepakat untuk tidak terburu-buru dan jalani saja semua.
^^^^^
Kalau saat di rumah sakit hari lalu sedihnya bisa diredakan oleh WA mesranya, hari ini justru WAnya membuat kening Rio berubah. Dia berpikir keras untuk membalasnya bagaimana. Padahal di malam sedingin ini, Rio butuh kehangatan dari sesuatu atau seseorang. Dia percaya, dengan sedikit perhatian saja, semua rasa dingin ini pasti akan cepat berlalu.
Ternyata Rio justru mendapat kegundahan luar biasa.
Pesan WAnya kali ini meminta Rio untuk pelan-pelan melupakannya. Melupakan semua yang pernah mereka alami bersama. Padahal hubungan spesial ini belum lama.
Rio merasa hanya sang pengirim WA yang mampu mengerti kebutuhan dan pilihan jiwanya. Dia adalah oase yang selama ini mampu memberikan kesegaran atas banyak hal dalam hidup Rio yang seringkali menimbulkan tanda tanya besar sejak Rio kecil.