Mohon tunggu...
Rohmah Ageng Mursita
Rohmah Ageng Mursita Mohon Tunggu... Guru - Hallo perkenalkan nama saya rohmah ageng mursita

Menulislah seakan kau akan mampu hidup selamanya :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Arah Pergerakan Organisasi/Lembaga Disabilitas

20 Juli 2016   09:01 Diperbarui: 20 Juli 2016   09:38 2609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI) didirikan di Jakarta, 24 Juni 2004 oleh Gayatri Pamoedji, seorang ibu dari remaja penyandang autis dan sekelompok pemerhati masalah autisme di Indonesia. MPATI merupakan yayasan nirlaba yang memfokuskan kegiatannya pada pemberdayaan orang tua, guru dan terapis agar mampu memberikan pendidikan dan bimbingan yang tepat bagi anak penyandang autis. MPATI juga berupaya untuk dapat menjadi pusat informasi mengenai autisme di Indonesia.

Hingga saat ini, MPATI telah berhasil membina kerjasama dengan yayasan lain di Indonesia dan Australia (ISADD & YISADDI, Yayasan Interventions Services for Autism Delay Disorder) dalam menyusun program, mengaplikasikan dan menyebarluaskan informasi tentang penanganan autisme.

2.      BILiC (Bandung Independent Living Center)

BILiC adalah lembaga non pemerintah yang memiliki konsep dasar pergerakan Independent Living atau kemandirian bagi penyandang cacat. Berdasarkan filosofi tersebut, penyandang cacat dianggap profesional dalam hal kecacatannya. Dengan kata lain, penyandang cacatlah yang mengetahui dan memahami kebutuhannya. Oleh karena itu penyandang cacat memiliki hak untuk menentukan dirinya sendiri. Konsep dasar dari kemandirian dalam hal ini adalah memiliki kontrol diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukan, bagaimana hal tersebut dilakukan, siapa yang melakukannya, dan kapan hal itu dilakukan.

Berawal dari diskusi yang diprakarsai oleh mahasiswa jurusan arsitektur ITB dengan mengangkat isu kepedulian tentang aksesibilitas di Kota Bandung pada tanggal 25 Maret 2003, berkelanjutan membentuk wadah yang dapat mengakomodir kepentingan tersebut. Tindak lanjut dari forum tersebut adalah aksi mengaudit fasilitas umum di beberapa lokasi di Kota Bandung dan menghasilkan film dokumentasi. Film tersebut pada akhirnya sering digunakan untuk membangun sensitivitas masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya fasilitas yang aksesibel untuk semua kalangan.

Dalam perjalanan pembentukan wadah tersebut, diperkenalkan filosofi independent Living dan disepakati untuk menamai wadah ini menjadi BILiC atau Bandung Independent Living Centre. Setelah 2 tahun berjalan, tepatnya tahun 2005 BILiC mengadakan pembenahan sistem struktur organisasi dan melegalkan status lewat akte notaris pada tanggal 14 April 2005. Maka BILiC resmi menjadi yayasan sejak April 2005.

Visi dari bilic yaitu  :
 Mewujudkan Masyarakat Sosial yang Inklusif di Jawa Barat
 Misi dari bilic yaitu  :
 Mengembangkan filosofi Independent Living sebagai pemberdayaan dan penguatan penyandang cacat untuk meningkatkan partisipasinya dan memperoleh pengakuan sebagai warga guna mencapai keseteraaan dalam hidup bermasyarakat.

3.      SIGAB

Didirikan pada Mei 2003 di Yogyakarta, Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) merupakan lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada upaya promosi dan pembelaan dalam rangka pemenuhan hak difabel dalam berbagai aspek kehidupan demi terwujudnya masyarakat yang inklusif. Sejak pendiriannya, SIGAB telah aktif bekerja sama dengan pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat sipil maupun organisasi dan komunitas difabel dalam rangka meningkatkan penyadaran akan perspektif difabilitas, membangun kebijakan publik yang lebih berperspektif difabel, serta aksi-aksi pembelaan atas pelanggaran hak difabel.

Ada beberapa program utama yang saat ini tengah dilakukan olleh SIGAB. Yang pertama adalah program Rintisan Desa Inklusi (RINDI) yang sedangdilaksanakan di delapan Desa di Yogyakarta. Kedua adalah program advokasi dan pendampingan hukum bagi Difabel yang merupakan korban ketidak adilan. Ketiga adalah penyediaan informasi tentang difabilitas melalui www.solider.or.id. Sedangkan keempat adalah penelitian independen serta penerbitan jurnal difabel.

Berikut merupakan lembaga / organisasi disabilitas di perguruan tinggi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun