Mohon tunggu...
Rohmah Ageng Mursita
Rohmah Ageng Mursita Mohon Tunggu... Guru - Hallo perkenalkan nama saya rohmah ageng mursita

Menulislah seakan kau akan mampu hidup selamanya :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengusung Nilai Pancasila (Gotong Royong) Dalam Pelayanan BPJS Kesehatan

30 Agustus 2015   01:29 Diperbarui: 30 Agustus 2015   10:06 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="diambil dari google-Picture"][/caption]

70 Tahun Indonesia merdeka, dan menjunjung nilai – nilai pancasila sebagai ideologi bangsa. Nilai pancasila tersebut juga menjadi capaian dari BPJS kesehatan  yang memiliki tagline “ Kalau gotong royong semua tertolong”. BPJS kesehatan adalah transformasi dari PT askes (PERSERO) sejak 1 januari 2014. Askes yang dulu hanya dapat dimiliki oleh PNS (Pegawai Negeri Sipil) saja, namun kini dalam BPJS kesehatan sekarang bisa menjadi jaminan kesehatan bagi semua lapisan masyarakat. Pasalnya tertuang dalam undang – undang nomer 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pada pasal 14 yaitu kepesertaannya wajib bagi seluruh penduduk Indonesia dan WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 bulan di Indonesia.

Program BPJS yang baru berjalan 1 tahun lebih ini memang bisa dikatakan masih baru.  Namun harapanya bisa menekankan  angka kematian yang cukup tinggi di Indonesia dan menjadikan jaminan kesehatan  bagi masyarakat. Tentunya program  ini akan berjalan dengan lancar jika adanya semangat gotong royong seperti tagline dari BPJS (gotong royong semua tertolong) dari segala elemen masyarakat, pemerintahan, dan pihak swasta yang terkait.

Menurut Menkes Nila F Moeloek (http://www.koran-sindo.com/) mengatakan, mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, AKI (Angka Kematian Ibu) saat melahirkan mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat  tajam  dibandingkan data SDKI 2007 yang AKI melahirkannya sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup. ”Ini tantangan yang harus kita hadapi bagaimana menurunkan AKI melahirkan kita yang tinggi itu hingga mencapai 70 per 100.0000 kelahiran hidup. Karena untuk mencapai target MDGs, besaran AKI-nya harus di bawah 100 per 100.000 kelahiran hidup,” tuturnya. Nila menjelaskan, pihaknya diuntungkan dengan keberadaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan yang memberi jaminan kesehatan kepada orang-orang miskin.

Jadi program tersebut sangat baik untuk pemerataan jaminan kesehatan bagi masyarakat memperoleh layanan kesehatan yang berkeadilan. Program JKN ini sudah tepat untuk jaminan kesehatan seluruh penduduk Indonesia. Programnya sudah sangat bagus dan BPJS ini akan membantu langkah dalam menekan Angka Kematian Ibu (AKI).

Jumlah peserta dari BPJS kesehatan pada bulan maret 2015 mencapai 138,5 juta jiwa (Data dar materi kompasiana) dan jumlah tersebut masih bisa naik setiap waktunya. BPJS juga memiliki mitra diantaranya kementrian sosial, kementrian dalam negeri, kementrian tenaga kerja dan transmigrasi, DJSN, BUMN dan perusahaan swasta, serikat pekerja, asosiasi pekerja, tokoh agama, tokoh masyarakat, dll.

Pengalaman memakai BPJS

Jauh sebelum menjadi peserta, bahkan sebelum BPJS sendiri resmi diluncurkan, saya sudah cukup intens mencari tau tentang bagaimana seluk beluk BPJS. Dari yang saya baca dan dengar, lebih banyak pihak yang kontra dan kecewa.

Saya sendiri berpendapat, terlepas dari sekian banyak kekurangannya, kehadiran BPJS masih seperti ‘malaikat penolong’ bagi banyak masyarakat terutama dari kalangan menengah ke bawah yang umumnya tidak memiliki persediaan dana untuk kesehatan mereka. Dibanding dengan asuransi kesehatan sebelumnya, sejumlah kelebihan lebih banyak dimiliki dari BPJS. BPJS mengcover lebih banyak layanan, seperti gigi, persalinan, mata, juga jumlah anak yang turut ditanggung. Dari segi administrasi, BPJS juga lebih simple.

Karena saya merupakan pengguna gadget dan komputer yang aktif setiap harinya hingga 2 bulan yang lalu saya merasa mata saya mengalami gangguan. Tak jarang saya memakai gadget dalam keadaan gelap maupun terang. Saya pun menggunakan fasilitas BPJS  untuk mengetahui permasalahan yang saya alami. Saya ke dokter rujukan BPJS saya lalu mendapatkan rujukan ke rumah sakit bendan  pekalongan dan selanjutnya ke  dokter spesialis mata. Dari tes analisis dan pemeriksaan dokter ternyata mata saya minus 1 totalnya. Dokternya  pun menjelaskan dengan ramah bahwa “mata minus adalah salah satu kelainan mata yang tidak dapat melihat benda benda yang berjarak terlalu jauh. Mata minus disebabkan ketika kita sering berkerja atau melihat sesuatu dengan jarak dekat terlalu lama. Seperti kebiasaan membaca sambil tiduran dan membaca di tempat yang gelap atau kurang penerangannya”.

Setelah itu saya ke kasir dan mendapatkan rujukan ke optik untuk pengambilan kaca mata. Setelah menunggu 30 menit lamanya, saya bisa mendapatkan kacamata untuk membantu membaca saya. Dan semuanya saya dapatkan secara gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun