Secara umum penjelasan tanggapan diskusi terkait maraknya "Proyek Desa-desa Wisata" yang di paksakan tumbuh kembang di Desa merupakan tahapan dari proses pendekatan PRA terkait pengembangan pembangunan desa wisata. Dalam praktiknya PRA, menyesuaikan dengan kondisi desa masing-masing. Karena tiap-tiap daerah memiliki perbedaan sosial, budaya di desa.
Masyarakat Indon hanya mendengarkan sebatas hasil daripada teman rekan keilmuwan Sosiologi yang merupakan bagian dari Social Science yang sedari lama mempersiapkan perihal proyek-proyek Desa Wisata ini bukan hanya terdengar sebatas proyek, namun memang benar adanya terkawal dan di dampingi menjadi suatu 'project' yang akan mengeluarkan pelbagai program-program yang sering kita dengan dengan program unggulan.
Dari sinilah akan banyak sekali sektor lain terkait semisal infrastrukutur, SDM dan SDA telah siap untuk mendesign hasil dari riset data pendekatan PRA. Tanpa hasil data otentik mendalam yang melibatkan masyarakat yang ada di lingkungan kajian Desa Wisata tersebut maka boleh jadi fundamental proyek Desa Wisata hanya akan bertahan selama target perspektif ekonomi saja tercapai, tanpa adanya istilah Sustinable development goals tourism sector yang kita bahas kali ini.
Sangatlah 'naif' sekali berita baru-baru ini yang saya baca di internet situs mark-e terkait kekecewaan lulusan (sarjana) Sosiologi karena para lulusan Sarjana Sosiologi sulit sekali mendapatkan pekerjaan bahkan keilmuwan mereka tidak berfungsi di sektor ekonomi ?
Mengapa saya 'ngebet' sekali memunculkan tulisan ini? Ini bukan ajang 'membela' teman rekan yang telah terlanjur memilih jurusan Sosiolog, melainkan lebih cenderung kepada meluruskan cara pandang (perspektif) untuk melihat dengan kacamata di sudut yang tepat.
Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan salah satu dari sekian banyak keilmuwan dari jurusan Sosiologi yang luar biasa sangat berfungi di pendekatan terkait mempersiapkan Desa-desa Wisata menjadi "The Best Tourism Village", sudah banyak buktinya, perhatikan saja Desa-desa Wisata yang telah berhasil dan hingga saat ini bertahan dalam gempuran tantangan-tantangan zaman.
Ini tidak lain dapur data riset mendalam melalui pendekatan PRA yang telah dilalui sejak dahulu, melalui dapur produksi keilmuwan Sosiologilah semuanya dapat dinikmati hingga saat ini. Hanya saja rekan teman Sosiolog bukanlah team hilirisasi yang sudah barang jadi siap ini barang di publish, melainkan pangkal atau fundamental working team yang telah memfungsikan keilmuwannya.
Kinipun sangking ampuhnya pendekatan ini, keilmuwan sosial di bidang-bidang lain juga telah berhasil menggunakan dan memfungsikan keilmuwan tersebut, salah satunya adalah Ilmu Komunikasi dengan Participatory Rural Communication Appraisal (PRCA), terdengar familiar bukan?
Putaran keilmuwan saat ini memang terbuka lebar peluang dan kesempatan bagi lulusan di jurusan Komunikasi, wajar saja karena para lulusan sudah sangat bekerja keras menerobos pasar dan sangat tepat dengan momentum "Shock Culture the ecomomics" di peradaban putaran zaman, yakni zaman Industri Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).
Inipun tidak juga bisa dibilang sebuah kewajaran, namun sudah lamapun dipersiapkan lapisan kelimuwan ini. Berikutnya juga ada gilirannya, sehingga Negara-negara maju seperti Asia atau bahkan Eropa saat ini sudah pada level Industri Kreativitas Robotic.
Sehingga Negara berkembang juga secara bertahap akan mengalaminya, walaupun pada momentum sekarang project Negara berekembang masih pada tataran Industri TIK ?.