Menurut penjelasan Beny, Mekanisme dari metode LC&EA adalah dengan membentuk kelompok belajar di masing-masing domisili tempat tinggal siswa. Setiap jam sekolah, para siswa berkumpul di masing-masing kelompok belajar sesuai domisili tempat tinggalnya dengan berpakaian seragam lengkap dan atribut perlengkapan sekolah seperti pada umumnya ketika pembelajaran di sekolah. Hanya saja, para siswa tidak berangkat ke sekolah kali ini, melainkan ke rumah salah satu siswa yang disepakati menjadi tempat pembelajaran online.
Guru akan memonitor setiap perkembangan para siswanya melalui grup whatsapp. Setiap informasi berupa file atau link materi, tugas, dan lain sebagainya disampaikan melalui grup whatsapp tersebut. Keunggulan whatsapp dijadikan sebagai media pembelajaran online adalah penggunaan kuota internet yang rendah dan mudah untuk digunakan pada skala anak sekolah dasar.
Beny juga menambahkan bahwa setiap kelompok belajar memiliki ketua kelompok masing-masing. Tentunya, dalam memilih ketua kelompok harus memenuhi syarat yang telah ditentukan, yaitu  siswa yang memiliki gadget atau orang tuanya. Tugas dari ketua kelompok adalah sebagai pembantu guru dalam mengatur siswa lain. Siswa yang tidak memiliki gadget dapat diwakilkan oleh ketua kelompok ketika hendak mengumpulkan tugasnya.
Guru nantinya akan melakukan kunjungan kesetiap kelompok belajar dengan tujuan untuk memonitoring berjalannya proses pembelajaran, memberikan penjelasan materi yang dirasa oleh siswa belum faham, dan mengkoreksi serta menilai tugas para siswa. Dalam implementasinya, setiap kali pembelajaran online berlangsung, setiap kelompok belajar harus selalu didampingi oleh satu wali murid dengan tujuan sebagai pengganti guru dalam membimbing para siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H