Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Bahagia Milikku Jua

30 Agustus 2021   23:08 Diperbarui: 30 Agustus 2021   23:21 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Tribunnews

Aku mendapatkan makanan yang cukup, pakaian, tempat tinggal dan pendidikan yang layak dari Pak Asep. Pak Asep adalah malaikat yang dikirim Allah SWT untukku. 

Bahkan menjelang Hari raya Idul Fitri, Pak Asep memberikan pakaian baru dan makanan yang enak untuk kami para pembantunya yang semuanya berjumlah 12 orang. Kami merasa bersyukur atas kebaikannya.

Hingga suatu kali terdengar kabar yang sangat mengejutkan, bahwa Pak Asep mengalami serangan jantung. Beliau meninggal dunia pada usia yang ke-45 tahun. 

Karena kabar ini, membuat kedua putranya yang tinggal di Amerika kembali di Indonesia. Dan ketiga adiknya yang tinggal di Jakarta, Semarang dan Cirebon. Ikut pulang ke kampung untuk mengantarkan jenazahnya ke liang kubur. Hari itu adalah hari yang paling menyedihkan dalam hidupku dan juga seluruh pembantunya. 

Orang yang telah membantuku dan sudah kuanggap Ayahku sendiri harus dipanggil Tuhan secepat itu, bahkan sayapun belum sempat membalas budi baik Pak Asep. 

Kami bersama seluruh keluarga besar mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman umum di kampung kami. Isak tangis membahana di seluruh tempat pemakaman yang dihadiri pula oleh penduduk kampung, banyak sekali yang bersimpati padanya. Karena beliau adalah seorang dermawan yang senantiasa bersedekah untuk penduduk, bahkan ikut membiayai hampir setengah penduduk kampung untuk naik Haji. Semoga setiap amal, kebaikan beliau selama di dunia diterima oleh Allah SWT.

Baru ditinggal 1 hari atas kepergian Pak Asep. Kedua putranya dan adik-adiknya Pak Asep sudah mempersoalkan rumah dan harta miliknya akan diwariskan kepada siapa. 

Suasana di rumah menjadi ricuh, satu sama lain berusaha mempertahankan pendapat dan meyakinkan bahwa mereka yang berhak atas harta-harta tersebut. Persoalan pembagian warisan yang tak jelas dan bertele-tele membuat keluarga Pak Asep, menjadi temperamen dan sering melampiaskan ke para pembantunya. 

Para pembantu merasa ketakutan dan sangat tertekan. Satu persatu para pembantu mengundurkan diri, karena tidak tahan mendapatkan makian dan pukulan dari ke-2 putra dan adik-adiknya Pak Asep. Akhirnya dari ke-12 pembantunya, tinggal saya dan Pak Ramzi yang bertahan. Saya harus bertahan, karena saya sudah kelas VI dan tinggal 6 bulan lagi bisa menyelesaikan Sekolah Dasar. 

Pak Ramzi bertahan juga karena memikirkan anak istrinya akan dikasih makan apa, seandainya dia keluar dari rumah ini. Tetapi pertahanan, akhirnya runtuh juga. Pak Ramzi memilih mengundurkan diri dan berniat untuk mengajakku ikut ke rumahnya. Tetapi hal itu tidak diizinkan oleh ke-2 putra Pak Asep. Sehingga aku tetap bekerja di rumah Pak Asep.

Penderitaan ternyata baru saja dimulai. Ke-2 putra Pak Asep yang bernama Randy dan Dika sangatlah kejam. Mereka akan berusaha mencari celah untuk melihat kekuranganku dengan begitu bisa memarahiku, memaki dengan kata-kata kotor dan melepaskan tendangan diperutku, menyundut rokok di pahaku, menampar mukaku berkali-kali, meludahiku, menyiramkan minyak panas ke kakiku, membenturkan kepalaku di tembok sampai berdarah, bahkan menyayat punggungku dengan koleksi pisaunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun