Mohon tunggu...
ibnu atoillah
ibnu atoillah Mohon Tunggu... Penulis - SEO Writers

kalau gak jalan-jalan ya rebahan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Alah Yo Wes" Gaya Hidup Minimalis Ala Stoic

18 Juli 2022   16:56 Diperbarui: 18 Juli 2022   16:58 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kalian mengetahui apa arti dari kata "alah yo wes" alah yo wes merupakan kata dalam bahasa jawa yang berarti alah ya sudah. Alah yowes merupakan sebuah prinsip hidup orang-orang jawa dalam menjawab standarisasi hidup ala orang-orang yang tinggal di kota metropolit. Gaya hidup orang desa yang bahkan tidak fasih berbahasa Inggris tersebut ternyata adalah gaya hidup ala mazhab filsafat Yunani kuno, oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 sebelum masehi yaitu filsafat Stoicisme. Apa saja keterkaitan antara alah yo wes dan gaya hidup minimalis ala stoicisme, berikut:

Agar dapat menerapkan gaya hidup minimalis alah yo wes ala filosofi stoicisme, mari kita pahami terlebih dulu apa itu stoicisme, definisi stoicisme adalah "Daya tahan terhadap rasa sakit atau kesulitan tanpa mengeluh." stoic, merupakan sebuah filosofi yang mengajarkan cara untuk menciptakan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan nyata. Stoicisme sendiri merupakan ilmu filsafat Yunani kuno tercipta pada periode Helenistik, merupakan periode sejarah Mediterania yang membentang dari 323 sebelum masehi (setelah kematian Alexander Agung).

Menurut Stanford Encyclopedia of Philosophy, istilah stoic berasal dari kata teras (stoa poikil) kata tersebut digunakan karena para anggota atau pengikut dari pemikiran stoic ini duduk dan berkumpul di tangga Agora di pasar sentral Athena, di mana kuliah tentang stoicisme diadakan. Inti dari cara hidup Stoic adalah proses yang sedang berlangsung dengan mengembangkan: pengendalian diri, memberikan penilaian yang jelas, dan mengatasi emosi destruktif (stres dan jenuh).

Ilmu mengenai stoic mengajarkan pada kita tentang bagaimana kebahagiaan seseorang itu berasal, yaitu bersumber dari hal-hal yang bisa kita kendalikan. Jadi untuk meraih kebahagiaan sesunguhnya yang dimaksud! Kita hanya perlu memfokuskan diri pada apapun yang bisa kita kendalikan.

Pengendalian diri dan kemampuan memahami diri sendiri merupakan aspek terpenting untuk menjalani hidup sesuai filosofi Stoic. Meskipun kita mampu mengendalikan pikiran dan tindakan, nyatanya banyak hal yang tidak dapat dikendalikan dan jangan sampai memicu stres. Menerapkan filosofi stoic bukan berarti bersikap masa bodoh dan menyerah. Akan tetapi stoic mengajarkan hidup lebih nyaman dan tawakal dan menerima tanpa membanding-bandingkan.

Menurut konsep stoicism, jalan termudah untuk menuju kebahagiaan adalah didasarkan pada beberapa prinsip berikut:

  1. Kemampuan dalam melihat diri sendiri, dunia, serta manusia lain secara objektif. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat banyak hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, misalnya cuaca, bencana dan hal-hal tak terduga lainya. Jangan menyalahkan diri sendiri karena sesuatu yang tidak bisa diubah, dalam ajaran stoic mengajarkan untuk berfokus pada apa yang bisa kita kendalikan.
  2. Tidak ambil pusing terhadap reaksi orang lain. Kita bukanlah tuhan yang bisa mengatur orang lain, hal tersebut merupakan sesuatu diluar kita, maka dari itu jangan mengikuti standar orang lain. apalagi sampai mengabaikan nilai keutamaan yang kita yakini. Dalam filsafat Stoic dikenal dikotomi kendali. Segala sesuatu dibedakan menjadi dua, ada hal yang di dalam kendali dan ada yang diluar kendali kamu. Di dalam kendali kamu hanya pikiran, perasaan, dan tindakan atau usaha yang bisa kamu lakukan, selain itu segala sesuatu kebanyakan merupakan di luar kendali kita.
  3. Bersikap realistis. terdapat banyak hal tentang kehidupan yang tidak dapat kita kendalikan atau pengaruhi. Namun, ada satu hal pasti yang dapat kita ubah, yaitu pikiran, kebiasaan, dan tindakan kita sendiri.

Peristiwa yang terjadi pada kita merupakan bagian dari peristiwa alam semesta. Dalam melihat masalah sepatutnya kita melihat masalah tersebut dari sudut pandang yang lebih luas. Maka dari itu mari mulai "alah yo wes" pada apa-apa yang tidak bisa kita kendalikan dan fokus terhadap apa-apa saja kemungkinan yang bisa kita upayakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun