Terlepas dari semua keindahan yang disuguhkan dari Karimunjawa, terselip sebuah cerita yang belakangan ini menjadi keresahan bersama baik bagi warga Karimunjawa maupun masyarakat luas. Dibalik semua pemandangan laut yang indah, pesona pantainya yang mengesankan dan suasana yang tak terlupakan ada sesuatu yang patut menjadi perhatian bersama.
Jika Anda selama di Karimunjawa menyempatkan diri untuk berkeliling dari alun-alun Karimunjawa menuju lokasi Tanjung Gelam, kita akan melihat banyak titik tambak udang yang berjajar sepanjang jalan. Di daerah Nyamplungan atau lebih dikenal dengan Tambak Udang Nyamplungan cukup banyak titik tambak udang di sana.
Limbah Tambak Udang
Saya tidak mengerti sama sekali terkait tambak udang, bukan pula ahli terkait pencemaran lingkungan apalagi memahami biota laut dan lain-lain. Hanya saja saya mendengar langsung dari warga setempat bahwa adanya tambak udang yang kini menjamur di sekitaran pantai sudah membuat warga terkena dampaknya. Namun warga setempat tidak dapat berbuat banyak, bisanya ya mengeluh rasan-rasan dengan sesama warga lainnya yang senasib.
Sebagai informasi, adanya tambak udang yang ada di sekitaran bibir pantai membuat ekosistem laut di sana mulai terganggu (baca: tercemar). Bagaimana tidak, aktifitas tambak udang tersebut tentunya menghasilkan limbah baik padat maupun cair. Sekali lagi saya bukan pada kapasitas orang yang mengerti tentang tambak maupun ekspert mengenai lingkungan laut. Limbah cair akibat tambak udang yang beroperasi menyebabkan kerusakan ekosistem laut, sebut saja kualitas air laut tersebut menjadi tidak bersih, rumput laut menjadi tidak tumbuh dengan baik, belum lagi ikan-ikan yang hidup di sana serta terumbu karang juga menjadi rusak.
Demo Warga
Meskipun demikian ada pihak yang pro dan kontra terhadap maraknya tambak udang yang ada di Karimunjawa. Bagi yang pro serta mendukung adanya tambak udang pastilah ada yang diuntungkan tanpa berpikir dampak yang terjadi. Sementara bagi mereka yang kontra terhadap munculnya tambak udang, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Akibat dari itu semua bagi mereka yang terkena dampak limbah maupun yang peduli dengan lingkungan, demo wargapun tak dapat dihindarkan. Saat pulang dari Karimunjawa kebetulan saya satu kapal dengan rombongan polisi yang mengawal aksi demo berlangsung.
Aksi demo bukan tanpa sebab, mereka sudah berupaya untuk mengingatkan pihak-pihak terkait tentang dampak dari adanya tambak udang. Namun tidak membuahkan hasil sehingga aksi demo inipun terjadi. Aksi demo ini memang tidak ada jaminan apakah tambak udang akan tetap beroperasi atau dihentikan, tetapi setidaknya sudah ada aksi nyata untuk peduli terhadap keberlangsungan ekosistem laut maupun lingkungan akibat dampak dari tambak udang tersebut.
Munculnya tambak udang pasti tidak serta merta mencuat begitu saja. Pasti ada yang namanya perijinan maupun tindakan permisif sebelum membangun sebuah usaha. Para pengusaha mestinya sudah meminta ijin kepada Pemerintah daerah setempat yang saya yakin pula sudah berdialog dengan warga yang terkena dampak ke depannya, meskipun tetap saja limbah tak dapat dipungkiri nyata adanya.
Pengusaha dari Luar
Salah satu warga yang mengantar saya bersama teman-teman keliling Pulau Karimunjawa mengungkapkan bahwa saluran air bersih di rumahnya sudah mulai terganggu. Sumur yang selama ini menjadi sumber air bersih sudah tidak sejernih seperti biasanya, keruh dan bukan tawar lagi melainkan mulai terasa asin. Sehingga dia harus memasang saluran air dari entah paguyuban atau sumur milik tetangganya yang sudah lebih dulu memiliki saluran air bersih. Belum lagi bagi mereka para petani rumput laut serta nelayan kini merasakan dampaknya akibat adanya tambak udang.
Yang lebih ironis lagi adalah para pengusaha tambak udang tersebut justru berasal dari luar Karimunjawa. Kebanyakan dari mereka berasal dari Kabupaten di luar Jepara. Saya tidak bisa menyebutkan di sini dari mana para pengusaha tambak udang itu berasal. Namun yang pasti Tindakan ini hanya akan menguntungkan sepihak, sedangkan pihak yang lain hanya bisa gigit jari terhadap kenyataan ini.
Warga Bertahan
Fakta inilah yang kemudian masyarakat Karimunjawa menyuarakan untuk dihentikannya tambak udang di sekitar bibir pantai. Ini akan berakibat fatal di masa mendatang. Karena saya pengunjung dan tidak punya kapasitas apapun hanya bisa mendoakan semoga ada upaya, solusi atau apapun itu untuk mengentaskan permasalahan terkait tambak udang ini.
Saya sangat kagum dengan masyarakat yang ada di sana, saat musim tertentu biasanya musim badai atau angin kencang mereka akan kesulitan mendapatkan kiriman logistik dari luar. Bagaimana kebutuhan mereka terpenuhi mulai dari bahan makanan pokok seperti beras, sayuran, gas elpiji untuk memasak, bahan bakar kendaraan serta logistik lainnya. Itu semua akan terhenti akibat cuaca yang kurang mendukung untuk pengiriman logistik dari luar. Namun mereka sangat kuat, tangguh dan tetap bertahan dengan kondisi apapun.
Jika upaya sudah dilakukan, namun belum membuahkan hasil tidak ada pilihan lain kecuali bertahan seraya berdoa dengan penuh pengharapan ada solusi yang terbaik bagi semuanya. Sehingga sektor pariwisata di Karimunjawa tetap lestari terjaga tanpa menimbulkan seperti cerita di atas.
Bentar Saputro
Kabupaten Karanganyar, 13 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H