Yang terjadi adalah pimpinan pada level tertinggi ini melakukan semacam langkah yang cukup ekstrim. Dikatakan ekstrim karena, ketiga balai ini berusaha dan berjuang semaksimal mungkin untuk melakukan upaya bagaimana supaya balai ini bisa tetap bertahan dan eksis. Semua Kepala Balai dipanggil dan dikumpulkan untuk melakukan semacam pemaparan, presentasi di hadapan pimpinan pada level lembaga tertinggi di mana ketiga balai ini bernaung.
Lima menit pertama presentasi di hadapan pimpinan masih cukup alot dan beliau masih kekeuh untuk tetap melakukan efesiensi dan efektivitas kelembagaan pada Satkernya. Namun siapa sangka, tetiba beliau dilembutkan hatinya, dibuka cakrawala berpikirnya, sudut pandangnya, jarak pandangnya, sisi pandang dan cara pandang beliau.Â
Akhirnya sejauh 360 derajat berubah secara drastis keputusan yang beliau ambil. Momok yang seakan menghantui para penduduk Balai Desa sirna sudah. Ketiga Kepala Balai merasa lega dan plong hatinya. Seluruh jajaran yang membersamai ketiga Balai tersebut pun ikut menghela nafas sumringah. Boleh dikatakan semacam sujud syukur.
Singkat cerita dengan harap-harap cemas dan kemut-kemut, akhirnya ketiga Balai ini masih diberi kesempatan untuk melanjutkan kiprahnya melayani masyarakat luas.
Jangan dikira kejadian seperti ini tidak ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Disangkanya pembatalan keputusan atas dibubarkannya Balai di level tertinggi itu terjadi secara tiba-tiba. Memangnya Balai Desa itu tidak ada sekumpulan orang yang bekerja di dalamnya? Bagaimana nasib mereka, seperti apa kelangsungan hidup mereka, apabila keputusan itu jadi diambil.
Akan tetapi kejadian seperti ini juga bukan merupakan peringatan semata, khususnya bagi para penghuni ketiga Balai Desa tersebut. Semuanya ini merupakan akibat. Coba diperhitungkan kembali apakah seluruh komponen Balai Desa sudah menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya? Munginkah kita telah melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai warga dari Desa dengan becus? Semuanya itu tidak ujug-ujug muncul wacana Balai Desa akan digulingkan begitu saja. Pasti semua ada sebab dan juga akibat yang ditimbulkannya.
Betapa bersyukur, akhirnya wacana tersebut tidak terjadi atau mungkin [ditunda] terjadi. Bisa saja ini karena sentuhan kasih-Nya, tidak menutup kemungkinan kita masih diberi kesempatan untuk berbenah diri menuju yang lebih baik. Jangan pula mentang-mentang penguasa di level tertinggi berlaku sewenang-wenang atas lembaga kecil di bawahnya.
 Tidakkah engkau perhitungkan kekuatan do'a para penghuni Balai Desa tersebut? Mereka perlu pekerjaan, mereka memiliki keluarga, mereka para penduduk dari Desa yang tidak mengerti apa-apa soal kebijakan-kebijakan, soal kepentingan-kepentingan sekelompok maupun golongan.
Mereka para penduduk Balai Desa hanya mengerti bagaimana menjalankan tugas sesuai dengan jobdesk-nya masing-masing.
Semoga ini menjadikan pelajaran bagi seluruh komponen yang terlibat di dalamnya. Hikmah akan selalu ada dan menjadi semacam pembelajaran ataupun bahkan ini hanya triger yang memang sudah dirancang sebelumnya. Ketiga Balai Desa itu kini bisa tersenyum lebar, namun banyak pekerjaan rumah yang mesti dilaksanakan sesuai dengan arahan Pak Pimpinan.
Lah kog ternyata aku ini diam-diam termasuk warga di salah satu Balai Desa yang hendak terancam itu. Duh...