Sore itu menjelang maghrib dan mendekati waktu berbuka puasa, ada yang membuat saya bersemangat untuk ‘ngabuburit’. Ngabuburit kali ini sangat berbeda dari biasanya, saya diajak berkunjung ke tempat saudara-saudara yang semestinya sering untuk dikunjungi. Tempat yang di maksud berada di “Panti Asuhan Cacat Ganda - Al Rifdah” Tlogomulyo, Semarang.
Ada satu kejadian yang membuatku terkejut. Setibanya saya dan rombongan di sana, tiba-tiba saya dihampiri oleh ‘Saudari’ yang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Setelah itu, dia terus memegang erat tangan saya sembari menunjukkan wajah yang ceria dan bahagia. ‘Saudari’ tersebut memiliki karakter yang hyperactive, anak tersebut terus bersuara dan mencoba untuk mengajak berkomunikasi. Memang saya tidak paham yang dia maksud, tapi saya mencoba untuk menyelami bahasa yang digunakan sekalipun hanya bahasa isyarat. Dia ceria sekali menyambut kedatangan kami. Selama saya berada di sana ‘Saudari’ tersebut duduk di dekatku dan tak ingin melapaskan genggaman tangannya dariku. Iya, dia KEKASIHKU YANG SPESIAL.
Saya sangat tersentuh, hatiku terkoyak, air mata ini sungguh tak terbendung sekalipun saya tidak sempat menjatuhkannya. Bagaimana mungkin mereka yang secara fisik menurut kebanyakan orang tidak seperti yang lainnya, mereka tidak pernah berontak “mengapa saya begini”, “mengapa saya berbeda”, “mengapa harus saya yang menerima semua ini”, “apa salahku”, “apa dosaku” ???. Jangankan berontak atau mengeluh ke sesama manusia diseklilingnya, bahkan berontak ke Tuhanpun tidak pernah. Ini dibuktikan dengan sikap dan kemuliaan hati mereka yang sanggup menjalani semua ini dengan penuh ceria, bahagia dan ikhlas tanpa complain, mengeluh apalagi berontak.
Saya meyakini bahwa Tuhan memperlakukan sangat sangat sangat SPESIAL terhadap mereka. Yang menurut pandangan kita, mereka seolah-olah kurang ‘lengkap’ namun di mata Tuhan derajat mereka ditinggikan.
Bisakah kita belajar ilmu ikhlas dari mereka?
Bisakah kita belajar tidak berontak atau bahkan mengeluh?
Bisakah kita beajar untuk tersenyum, tertawa dan bahagia sekalipun dalam keadaan sulit?
Akhirnya saya hanya bisa berkata,
Mereka yang diperlakukan khusus oleh Tuhan,
Mereka mahluk ciptaan Tuhan yang hadir dengan sesuatu yang unik
Mereka memiliki kemampuan ketajaman berpikir
Mereka memiliki kedalaman ruhaniah
Mereka memiliki kepekaan yang tinggi
Mereka yang dibahagiakan langsung oleh Tuhan
Yang apabila,
Dia berdoa, doanya mustajab
Dia tertawa, tertawanya tulus
Dia tersakiti, tak akan pernah merasa sedih apalagi perih
Dia diam, diamnya emas
Dia marah, marahnya tidak sungguh-sungguh marah
Ya Tuhan,
Jadikanku untuk semakin bersyukur
Jangan biarkanku kufur atas nikmatMu
Kuatkan hatiku untuk semakin peka
Tajamkan pikiranku
Senantiasa ingatkan aku
Senantiasa berikan teguranMu
Buka mata hatiku selebar-lebarnya
Karena hamba ingin menjadi manusia yang memanusiakan manusia
Karena hamba ingin menjadi saudara yang mensaudarakan saudara
Karena hamba ingin menjadi kekasih yang mengasihi kekasih
Terimakasih Tuhan.
Refleksi diri sendiri, 25 Juli 2014. ± 09.03 – 09.35 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H