Mohon tunggu...
Benny Tjundawan
Benny Tjundawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik Maale

Belanja, Jalan jalan, baca buku, masak, nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita tentang Orang-orang Beragama

25 Agustus 2017   20:13 Diperbarui: 26 Agustus 2017   18:10 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Tentang Orang-orang Beragama. By, Benny Tjundawan.

Suatu ajaran agama adalah suatu yang benar. Benar menurut keyakinan masing-masing. Suatu yang sudah benar pun itu bisa disalah gunakan.

Bila ajaran kebencian merasuki orang beragama maka menyakiti sampai kepada tindakan yang paling ekstrim: membunuh, adalah ibadah. Ayat suci dipenggal dan dijadikan pembenarannya. Dan mereka yakin/percaya tindakan mereka didukung oleh yang Maha Kuasa dan mendapat tempat istimewa diakheratnya nanti. Inilah yang paling berbahaya.

Keimanan seperti ini bertolak belakang dengan keimanan bagi penyelamatan.

Keimanan seperti ini mudah sekali dihasut.

Keimanan seperti ini selalu dijadikan tunggangan, entah itu politik, ekonomi, popularitas atau kepentingan kekuasaan duniawi lainnya.  

Agama apapun itu yang baik bisa pakai, dan yang jahat juga bisa pakai. Tapi bila yang baik bersuara untuk suatu hal yang benar, ada saja orang beragama Jadi tersinggung dan menganggap ajaran agamanya telah dilecehkan. Jadi agama harus mati matian dibela dan yang bersuara untuk suatu hal yang benar itu dimusuhi kalau bisa dilenyapkan.

Ada Dua pengalaman saya di masa lampau yang sangat berkesan ketika berhadapan dengan kelompok orang beragama. Sekilas akan saya ceritakan disini supaya pembaca tidak penasaran dan jadi terkesan juga.

Pertama, saat saya menghadiri undangan dalam kesaksian iman.

Di atas panggung sudah semangat berdiri seorang yang baru saja pindah agama berbicara/bersaksi mulai dari awal jalan hidupnya, jatuh bangunnya, saat dia mengenal agama, sampai dia berganti agama, dan dimusuhi karena ganti agama, bla, bla, bla,...

Semua yang hadir antusias mendengarnya, begitu senang mendengar kesaksiannya. Tapi kok saya tidak?

Saya merasa itu Norak.

Bagaimana bisa Roh Kudus membantu yang bersaksi untuk berbicara menjelekan jelekan agama yang sebelumnya puluhan tahun lalu dianutnya lalu sekarang memuji muji agama baru, yang baru saja dia anut.

Dan semua orang yang hadir disitu menyenangi hal seperti itu. "Kacau."

Bagaimana bila kesaksian tersebut bocor keluar? "Oh Roh Kudus tolong lah!"

Setelah turun bersaksi, orang orang memeluknya, menyalaminya. Kesaksiannya membuat iman orang percaya menjadi bertambah kuat. Mereka bersyukur karena dia telah lantang, sudah berani bersaksi kepada orang banyak dan berterima kasih.

Hari itu yang bersaksilah bintangnya mengalahkan sang pemimpin ibadah yang telah mengundangnya, yang telah terkucil.

Bintang bintang pandai berbicara seperti ini saya rasa ada pada setiap agama. Bisa jadi cahayanya mengalahkan orang yang betul betul sudah mendalami dan memahami ajaran agamanya.

Pengalaman yang ke dua, saya berhadapan dengan gembala cantik yang mencari domba tersesat untuk diselamatkan.

Awal pertemuan kami di halaman kampus. Waktu itu saya didatangi diajak bercerita yang berujung pada penggiringan domba. Saya itulah dombanya.

Sampai kosan didatangi, kuliah ditungguin, dengan harapan saya mau dibabtis ulang agar selamat dari kejamnya api neraka.

Pernah saya diajak beribadah ke gerejanya. Loh kok mau?

"Yah namanya lagi Kasmaran. Hu huiii,,,"

Gerejanya megah. Di pintu masuk kita disalamin. Ramah dan bersahabat. Sampai ditempat duduk kita juga salaman. Yang di samping kiri punya pabrik minuman gelas. Yang duduk di kanan sudah jadi dokter gigi sedang ambil S2 di Trisakti. Yang depan orang Serpong, punya toko perlengkapan mancing. Semuanya orang sukses dan tajir.

Saya jadi rendah diri dibuatnya, waktu itu saya sendiri mahasiswa kere, belom tamat kuliah pula. Bila ambil positifnya wah saya bisa dibilang beruntung bisa kenalan dengan mereka. Orang orang hebat dan berkelimpahan. Kalo rajin menjalin hubungan, wah bisa cepat ketularan tajirnya juga.

Setelah itu desakan untuk dibabtis ulang jadi semakin kencang. Hal ini juga separuhnya salah saya juga kepada dia.

Saya bersyukur meskipun iman saya belum bisa memindahkan gunung tapi saya diberikan kesadaran pada detik2 terakhir sehingga tidak tergoda untuk dibabtis ulang.

Dia percaya Tuhan itu baik. Ya sama, saya juga percaya Tuhan itu baik, tapi ketika dia percaya dan takut Tuhan akan menghukum saya di akhirat karena pikiran saya tentang Tuhan itu berbeda dengan pikiran dia. Itu sudah suatu kesalahan berpikir.

Itu sebabnya dia selalu terobsesi untuk menyelamatkan saya, berusaha dengan segala kebaikannya sampai berputus asa hingga memusuhi saya.

Saya telah sadar selama ini mengikutinya, bersedia menghabiskan waktu bersamanya karena saya tertarik pada wajahnya, terutama bibirnya saat berbicara. Saya tidak pernah tertarik dengan segala apa yang dia bicarakan tentang Tuhan.

"Semoga dia bisa menyadari bahwa kasih Tuhan yang begitu besar tidak akan menghukum kita karena pandangan kita berbeda."

Kupang 24 Agustus 2017.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun