Mohon tunggu...
Benny Tjundawan
Benny Tjundawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik Maale

Belanja, Jalan jalan, baca buku, masak, nulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pohon Beracun yang Berbuah Lebat

8 Agustus 2017   20:19 Diperbarui: 9 Agustus 2017   04:26 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pohon Beracun Yang Berbuah Lebat

 by, Benny Tjundawan

Suatu malam ratusan abad yang lalu, di tengah-tengah hutan raya. Berteriaklah pohon beracun kepada pohon jambu yang berbuah di kejauhan:

"Berbahagialah engkau yang memberi makan kepada kelelawar-kelelawar yang datang. Engkau tidak menanggung derita karena buah-buah yang engkau hasilkan, dan benih-benihmu dibuka oleh mereka yang datang, sehingga dapat tumbuh jauh di tempat-tempat yang belum pernah engkau kunjungi. Disana benih-benihmu juga akan berbahagia tumbuh menjadi dirimu sendiri."

Pohon beracun itu terlihat sangat kesakitan setiap kali angin datang meniup. Ranting-rantingnya merunduk diberatkan oleh lebatnya buah yang dihasilkannya sendiri.

Tidak ada binatang yang berani memakan buahnya karena sangat beracun.

Buah-buahnya yang matang jatuh dengan sendirinya di dekatnya. Benih-benihnya yang kecil juga ikut menderita, mereka yang tumbuh harus berdesak-desakan dalam luasnya hutan raya.

Hingga suatu pagi, berkunjunglah seorang peneliti buah ke hutan raya tersebut. Didapati pohon beracun itu. Buahnya diambil untuk diteliti.

Peneliti itu berhasil memisahkan getahnya yang beracun dari daging buahnya. Daging buah itu kemudian diolah menjadi manisan yang lesat.

Dilain waktu peneliti itu datang lagi dengan keranjang-keranjang untuk memetik buah-buah dari pohon beracun itu.

Dilain waktu lagi, murid-muridnya yang datang ke hutan tersebut untuk memetik buah dari pohon-pohon beracun yang tumbuh di sana, mengumpulkan benih2 nya untuk dibawa pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun