Bogor Sebagai Daerah Produsen Kopi
Kopi hari ini tidak boleh dilihat sebagai secangkir minuman saja. Barangkali, kopi adalah minuman yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia, khususnya Bogor. Bogor adalah salah satu daerah penghasil kopi, dibuktikan dengan banyaknya perkebunan kopi besar yang tersebar di Megamendung, Sukamakmur, Pamijahan, Tanjungsari, dan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Dikutip dari laman antaranews.com, pada tahun 2020, Kabupaten Bogor berhasil memproduksi 4.004 ton kopi robusta. Hal itu menempatkan Kabupaten Bogor di posisi ke-4 sebagai daerah dengan penghasil kopi robusta terbanyak di Jawa Barat.
Proses Panjang Sebiji Kopi
Perjalanan kopi untuk sampai ke meja saji bisa dikatakan cukup panjang. Dimulai dari pertanian, lalu ke prosesor, ke roastery, baru ke kedai kopi atau ke penikmat secara langsung. Pada fase kebun saja proses panjang dari mulai menanam, menyemai, memindahkan ke lahan pertanian, proses bunga, berbuah, hingga panen saja sudah panjang dan memakan waktu. Belum lagi harus menemui proses panjang pasca-panen, dimana prosesor mengolah red cherry yang telah dipetik untuk menjadi green beans yang siap diroasting (penyangraian).Â
Green beans atau biji kopi kering yang masih mentah ini masih belum bisa disajikan langsung, masih harus melewati proses roasting. Sebelum diroasting pun, green beans biasanya melewati proses sortase pra-roasting. Setelah itu, barulah proses roasting dilaksanakan untuk mematangkan kopi agar siap diseduh.Â
Lantas, setelah diroasting, biji kopi langsung bisa digiling dan diseduh? Ternyta biji kopi yang telah diroasting harus didiamkan terlebih dahulu selama 1 pekan atau lebih, masa itu biasa disebut resting phase. Barulah setelah resting, biji kopi dapat digiling (grinding) dan diseduh dengan pelbagai macam metode seduh yang cocok dengan profile roasting dan tasting notes dari biji kopi matang (roasted beans) tersebut.Â
Penjelasan di atas hanyalah simplifikasi agar proses panjang mudah dipahami, kenyataannya; proses penyajian kopi dari kebun hingga meja saji sungguhlah panjang. Proses panjang tadi, jelas meninggalkan sesuatu yang harus diperhatikan oleh para penggiat industri kopi dan para penikmat kopi, yaitu limbah kopi.
Merubah Cara Pandang
Mengingat Kabupaten Bogor sebagai kabupaten produsen kopi robusta terbesar ke-4 di Indonesia, juga melihat Bogor secara keseluruhan sebagai "rumahnya" kedai-kedai kopi menjamur, hari ini belum ditemui kedai kopi yang juga sebagai model bisnis paling hilir dalam industri kopi, melakukan penanganan serius pada limbah yang berupa ampas kopi tersebut. Hal ini yang kemudian dirasa perlu untuk memikirkan "harus diapakan" limbah-limbah kopi tersebut.Â
Rata-rata, kedai besar di Bogor bisa menghasilkan limbah kopi sebanyak 10-15 kilogram/hari. Jumlah yang tidak sedikit jika dibuat repetitif. Tapi belum memanfaatkan "sisa" adalah sebuah kesempatan untuk menuntaskan proses paling akhir dari perjalanan panjang kopi itu sendiri.Â
Maka, output paling akhir dalam industri kopi bukanlah secangkir kopi, melainkan olahan limbah ampas kopi yang dikonversi menjadi hal-hal yang bermanfaat bagi pertanian kopi, para penggiat industri kopi, para penikmat kopi, bahkan bagi semua orang tanpa terkecuali.