Aku terlahir dari Nur yang agung, lalu ditempatkan di tempat tinggi dengan tujuan memberikan cahaya dan hangat yang cukup untuk penduduk bumi.
Namaku Matahari.
Aku sendiri, terang. Bahkan terlalu.
Dahulu, aku pernah disembah. Dipuja, bahkan dituhankan.
Tapi tak ada yang mampu menatapku dengan matanya, katanya aku menyilaukan.
Lalu aku melapor kepada Sumber Cahaya yang ada dengan berbingkaikan cinta.
Wahai Sumber Cahaya, takkah ada yang jatuh cinta padaku seperti aku yang selalu jatuh cinta padaMu?
Selain bercahaya, Aku memberimu kemampuan untuk membantu menumbuhkan sesuatu. Kelak akan tumbuh bunga yang namanya seperti namamu. Dia akan selalu menatapmu dengan penuh cinta, disaat makhluk lain tertunduk kesilauan; dia akan menjadi satu-satunya bunga yang selalu menatapmu dengan penuh kekaguman.
Tak lama setelah itu, tumbuh sebuah bunga.
Para penduduk bumi memanggilnya dengan;
Bunga Matahari.
Ben, 28/02/2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H