Mohon tunggu...
Ruben Bentiyan
Ruben Bentiyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa biasa

Petani mimpi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Matahari dan Bunga

28 Februari 2021   14:13 Diperbarui: 28 Februari 2021   14:19 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terlahir dari Nur yang agung, lalu ditempatkan di tempat tinggi dengan tujuan memberikan cahaya dan hangat yang cukup untuk penduduk bumi.

Namaku Matahari.

Aku sendiri, terang. Bahkan terlalu.

Dahulu, aku pernah disembah. Dipuja, bahkan dituhankan.

Tapi tak ada yang mampu menatapku dengan matanya, katanya aku menyilaukan.

Lalu aku melapor kepada Sumber Cahaya yang ada dengan berbingkaikan cinta.

Wahai Sumber Cahaya, takkah ada yang jatuh cinta padaku seperti aku yang selalu jatuh cinta padaMu?

Selain bercahaya, Aku memberimu kemampuan untuk membantu menumbuhkan sesuatu. Kelak akan tumbuh bunga yang namanya seperti namamu. Dia akan selalu menatapmu dengan penuh cinta, disaat makhluk lain tertunduk kesilauan; dia akan menjadi satu-satunya bunga yang selalu menatapmu dengan penuh kekaguman.

Tak lama setelah itu, tumbuh sebuah bunga.

Para penduduk bumi memanggilnya dengan;

Bunga Matahari.

Ben, 28/02/2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun