Mohon tunggu...
Ruben Bentiyan
Ruben Bentiyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa biasa

Petani mimpi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gombloh yang Bodoh

26 Februari 2021   06:25 Diperbarui: 26 Februari 2021   06:30 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sayang, aku masih di sini.

Dalam rangka menepati janjiku padamu, sembilanbelas-sembilandua kumulai nazarku; di tempat ini kita akan kembali bertemu.

Cukuplah aku tinggal di Malang, tapi kenapa pula aku harus dirundung nasib yang malang?

Iya, iya.

Aku masih sabar menunggumu pulang. Tenang, tak ada rasa pegal sedikitpun pada tulang.

Kasih, kasih. Katanya aku gila! Padahal aku hanya menunggumu di tempat yang sama.

Sayang, aku selalu siap berjalan serampang 45 kilometer dari Ngantang tiap hari kutantang menunggumu datang walaupun engkau tak kunjung pulang.

Sayang, kamu di mana?

Sayang?

Aku masih di tempat yang ini, tempat yang sama saat terakhir aku melihatmu pergi.

Berbaring, duduk dan berdiri;sudah kucoba tapi tak jua kau datang menghampiri.

Kugenggam kecemasanku dengan sejumput harap, mengiba meminta kabar baik segera tersingkap.

Takkah sudah idzhar cintaku padamu, kasih?

Pada bias kabarmu, aku berusaha mencarinya ke dimensi lain yang mungkin kudapati di sana kau juga tengah menanti.

Kendaraan roda dua yang menubruk lemah ragaku yang selama 26 tahun menantimu; menjadi kendaraan yang juga mengantarkanku untuk mencumbumu pada lebur keabadian.

Kematian terasa menyenangkan saat aku tau bahwa itu adalah akhir penantian.

Kasih, aku datang! Aku datang!

(Untuk Pak Arifin, salah satu pelaku pembuktian cinta hingga nafas terakhir dihembuskan. Bagkan puisiku takkan mampu menggambarkan dalamnya cinta dan luasnya kasih Pak Arifin pada kekasih yang ditunggunya selama 26 tahun. Kisah cinta yang datang dari pinggiran Kota Malang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun