Sayang, aku masih di sini.
Dalam rangka menepati janjiku padamu, sembilanbelas-sembilandua kumulai nazarku; di tempat ini kita akan kembali bertemu.
Cukuplah aku tinggal di Malang, tapi kenapa pula aku harus dirundung nasib yang malang?
Iya, iya.
Aku masih sabar menunggumu pulang. Tenang, tak ada rasa pegal sedikitpun pada tulang.
Kasih, kasih. Katanya aku gila! Padahal aku hanya menunggumu di tempat yang sama.
Sayang, aku selalu siap berjalan serampang 45 kilometer dari Ngantang tiap hari kutantang menunggumu datang walaupun engkau tak kunjung pulang.
Sayang, kamu di mana?
Sayang?
Aku masih di tempat yang ini, tempat yang sama saat terakhir aku melihatmu pergi.
Berbaring, duduk dan berdiri;sudah kucoba tapi tak jua kau datang menghampiri.