Mohon tunggu...
Bentang Sayap Rajawali
Bentang Sayap Rajawali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Komunikasi Lintas Budaya di Kota Pelajar, Yogyakarta

30 Maret 2023   13:00 Diperbarui: 30 Maret 2023   12:59 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta, atau biasa disebut Jogja, adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dikenal sebagai "Kota Pelajar" karena Jogja adalah rumah bagi banyak universitas dan perguruan tinggi ternama di Indonesia, menjadikannya tempat percampuran budaya dan tradisi yang datang dari berkumpulnya mahasiswa dari berbagai daerah. 

Akibatnya, kota ini menjadi pusat komunikasi lintas budaya, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul dengan perbedaan dasar kepercayaan, adat istiadat, dan nilai-nilai mereka. 

Komunikasi adalah landasan manusia dalam berinteraksi. Proses ini adalah proses pertukaran informasi, ide, dan perasaan antara individu atau kelompok. Komunikasi menjadi lintas budaya ketika melibatkan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda. 

Komunikasi lintas budaya adalah aspek penting dalam cepatnya arus globalisasi. Ini membantu orang memahami dan menghargai budaya lain, yang, pada gilirannya, menumbuhkan rasa saling menghormati, toleransi, dan penerimaan.

Dalam hal ini, Jogja adalah contoh sempurna kota yang mendeskripsikan bagaimana komunikasi lintas budaya terjadi. Ini adalah kota multikultural yang menarik orang dari seluruh Indonesia dan dunia. 

Keanekaragaman ini telah menyebabkan perpaduan budaya, yang tercermin dalam seni kota, masakan, bahasa, dan norma sosial. Kota telah menjadi pusat komunikasi antar budaya, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang berinteraksi satu sama lain secara teratur.

Oleh sebab itu, Jogja merupakan kota dimana komunikasi lintas budaya sangat penting untuk diterapkan dengan baik, agar menciptakan lingkungan sosial yang inklusif, harmonis, dan tidak timbul berbagai perpecahan dalam bentuk ras, suku, budaya, dan agama.  Berikut ini adalah beberapa aspek penerapan komunikasi lintas budaya di kota pelajar, Yogyakarta.

  1. Bahasa

Bahasa dapat dikatakan menjadi aspek terpenting dalam berjalannya komunikasi lintas budaya di Jogja. Jogja merupakan daerah yang dimana budaya Jawa masih sangat kental di setiap aspek kehidupan warganya. Sehingga dalam hal bahasa, Bahasa Jawa-lah yang utama digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. 

Selain bahasa Jawa, Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar di sekolah, universitas serta instansi-instansi lainnya di Jogja. 

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah membuat kampanye-kampanye publik dimana warga diminta untuk mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena faktanya pada saat ini Yogyakarta dihuni sekitar 80.000 mahasiswa dari luar daerah. 

Penggunaan bahasa Inggris saat ini juga kian semakin umum digunakan di Jogja, terutama di tempat-tempat wisata dan destinasi internasional seperti Jalan Prawirotaman, Malioboro, dan lain-lain.

  1. Etika dan Tata Krama

Jogja merupakan kota yang masih sangat menjunjung tinggi tata krama, etika, serta nilai-nilai luhur yang ada. Jogja memiliki budaya yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, seperti pada penggunaan cara menyapa yang sopan serta penggunaan bahasa yang tepat (krama hinggil) menyesuaikan dengan lawan bicara, adat menyapa, adat basa-basi, serta adat bersalaman. 

Oleh karena itu, hal ini sangat penting untuk dipahami oleh para perantau yang datang dari luar Jogja agar dapat menjaga lingkungan sosial yang harmonis.

  1. Kuliner

Jogja juga memiliki beberapa makanan kuliner khas dan beragam, seperti contohnya gudeg Jogja, bakpia, juga sate klathak yang juga mencerminkan budaya dan identitas Jogja. 

Secara garis besar, kuliner atau makanan-makanan khas Jogja memiliki cita rasa yang cenderung manis. Namun juga tidak dapat dihindari bahwa tidak semua pendatang cocok akan cita rasa manis dalam makanan. 

Oleh karena itu, saat ini di Jogja banyak didirikan restoran-restoran atau tempat makan dari berbagai deaerah seperti halnya masakan padang, nasi uduk, lapo batak, soto lamongan, masakan cina, dan berbagai jenis kuliner lainnya.

  1. Seni dan Budaya

Jogja memiliki seni dan budaya yang amat sangat kaya dan beragam, seperti seni tari, seni lukis, seni musik, dan seni pahat. Sebagai kota yang dimana proses percampuran budaya atau akulturasi terjadi dengan mudah, Jogja menjadi tempat lahirnya band-band atau kelompok-kelompok musik yang kaya akan jenisnya. 

Sebagai contoh ialah band Loststroom. Dalam lagunya yang berjudul ‘Jogjakarta’, Loststroom berhasil memikat para pendengarnya dengan harmoni paduan antara kentrung Jawa dengan kultur musik ala-ala reggae ska dari barat. 

Beberapa destinasi wisata di Jogja yang terkenal dengan seni dan budayanya antara lain ialah Taman Sari, Keraton Yogyakarta, Museum Sonobudoyo, dan masih banyak lagi.

Komunikasi lintas budaya di Yogyakarta bukannya berjalan dengan tanpa tantangan. Salah satu tantangannya adalah kendala bahasa. Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa dan dialek, sehingga sulit bagi orang-orang dari berbagai daerah untuk berkomunikasi secara efektif. 

Namun, bahasa nasional negara tersebut, Bahasa Indonesia, telah membantu menjembatani kesenjangan tersebut. Bahasa Indonesia adalah lingua franca negara, dan diajarkan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Bahasa yang sama ini memudahkan orang-orang dari berbagai daerah untuk berkomunikasi satu sama lain.

Tantangan lainnya adalah perbedaan budaya antara kelompok yang berbeda. Setiap budaya memiliki adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilainya sendiri, yang terkadang dapat berbenturan dengan budaya lain. 

Namun, multikulturalisme kota telah menciptakan rasa penerimaan dan toleransi di antara masyarakatnya. Penduduk setempat berpikiran terbuka dan mau belajar tentang budaya lain, yang telah membantu menjembatani perbedaan budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun