Tingkatan paling tinggi dalam kebudayaan moral adalah mampu menyadari (Charles Darwin). Quote bijak memang, tapi sukar dilakukan. Namun, percayalah itu bukan untuk menghibur, setidaknya kita sadar hari ini ada tantangan besar yang dikirim Yang Maha Kuasa, melalui Covid 19.
Jika bertanya, apa saja sektor utama ekonomi yang disebutkan saat pandemi, tapi tidak terdampak Covid 19, jawabannya, pasti tidak ada. Artinya semua sektor ekonomi terkena dampak, termasuk pariwisata.Â
Kalau boleh diurutkan skalanya, maka sektor pariwisata terdampak sangat parah dan sangat dalam. Hal ini karena terkait dengan kunjungan, terkait dengan transportasi, lalu lintas orang, physical distancing, dan PSBB, ditambah lagi persoalan psikis pengunjung takut tertular wabah. Jelas sangat berdampak pada sektor pariwisata.
Sedikit Saya mendapatkan informasi dari pelaku wisata tentang cerita bertahan di masa pandemi. "Collapse" mereka bilang, Kami jatuh. Tiga bulan, hampir sama sekali tidak jalan, tutup sama sekali. Namun hidup harus tetap bertahan.Â
Berbagai cara harus dilakukan, mereka berhitung dengan kondisi dan mengambil resiko "Calculated Risk Taking", seperti merumahkan dan mem-PHK-kan karyawan.Â
Diksinya "terpaksa". Untuk menutupi operasional harian, hotel berbintang  pun harus menjual "Takjil" dengan segenap karyawan yang harus dipertahankannya, mengimprovisasi keterampilan dengan produksi makanan khas daerah seperti rendang, dijual secara online. Begitu juga usaha travel, banyak armada yang di kandangkan.Â
Pengelola banting stir ke usaha lain untuk sekedar bertahan hidup. Sama juga sedihnya dengan UMKM, sepi pembeli. Apalagi dengan pengelola objek wisata, mereka dalam situasi yang sama. Bertransformasi agar tetap survive, sampai saat situasi menjadi kembali seperti semula, harap mereka.
Terhitung semenjak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai berakhir, masuk pada fase New Normal. Muncul angin segar, beberapa pelaku usaha pariwisata mulai mencoba menangkap peluang untuk memulai usahanya kembali. Hotel mulai bergerak perlahan namun pasti, travel, pemandu wisata, objek wisata, tempat hiburan dan berbagai usaha wisata lainnya mulai bergerak kembali.
Selama New Normal, Kabupaten Agam Sumatera Barat telah melakukan uji coba operasional objek wisata dengan menerapkan protokol kesehatan. Prinsip utama adalah menjaga usaha, tetap berjalan namun mengacu pada prinsip kesehatan yang ditetapkan.Â
Payung hukum telah dipersiapkan berupa peraturan bupati dan SOP diselesaikan, komunikasi dengan pelaku usaha pariwisata telah dilakukan. Sektor pariwisata mulai "running" dalam suasana New Normal. Suasana dimana masker, cuci tangan pakai sabun, pemeriksaan thermogun, physical distancing, dan kapasitas lokasi menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kondisi saat ini.
Pemerintah Kabupaten Agam melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, selama PSBB berupaya menjaga iklim dan nuansa kepariwisataan khususnya di Kabupaten Agam, agar tetap tersimpan dipikiran pengunjung (Positioning Product) dengan pas. Artinya, meskipun nol kunjungan, situasi dan informasi tetap dikelola dengan baik menggunakan instrumen digital.Â
Pemerintah Daerah Kabupaten Agam tetap memproduksi dan menampilkan informasi berupa video disebar melalui media sosial facebook, instagram, youtube dan website agar mampu menetap di alam pikiran pengunjung.Â
Keragaman daya tarik, seni budaya dan kuliner menjadi satu informasi dalam kemasan audio visual berupa video besifat promotif sehingga menstimulasi kehendak wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Agam. Terutama menjaga hubungan pengunjung (Customer Retention) dengan "Alam Kabupaten Agam" agar tetap terbina dengan baik.
Begitu juga sarana akomodasi Hotel Sakura Syariah, Hotel Maninjau Indah, Hotel Nuansa Maninjau, The Balcone Hotel dan banyak homestay yang siap membantu penginapan Anda. Belum lagi kuliner khas daerah, seni budaya dan permainan anak nagarinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H