Mohon tunggu...
Bensar Aditya Nurfallah
Bensar Aditya Nurfallah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa S1 program studi Pendidikan Sosiologi di Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyokong Tradisi dan Budaya Sunda di Desa Wisata Jelekong

30 Juni 2022   23:03 Diperbarui: 1 Juli 2022   00:03 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama ‘Giri Harja’ yang disematkan oleh Bupati Bandung secara harfiah berarti ‘gunung yang makmur. Filosofinya adalah Desa Jelekong terletak di hamparan gunung yang makmur. Giri Harja merupakan grup kesenian yang ada di desa Jelekong. Salah satu seniman Giri Harja yang terkenal adalah Asep Sunandar Sunarya (Giri Harja III). Lalu mengapa di desa ini terdapat banyak sekali seniman? Siapakah yang memperkenalkan kesenian di desa ini? 

Awal mula hadirnya tradisi melukis di Desa Jelekong diawali oleh seorang berkebangsaan Belanda yang selalu melukis setiap harinya lalu metodenya diikuti oleh Abah Odin Rohidin yang ilmunya diwariskan kepada anak cucunya, begitupula tetangganya turun-temurun hingga sekarang. Sedangkan Wayang Golek diperkenalkan oleh Abah Abéng Sunarya yang oleh beliau ilmu pewayangannya diwariskan secara turun-temurun kepada anak-anaknya seperti Adé Kosasih Sunarya dan Asép Sunandar Sunarya hingga ke cucu dan tetangganya.

Terdapat suatu ancient customs yang dilakukan oleh masyarakat Desa Jelekong dalam seni lukis yang bernuansa alam Sunda. Originally, lukisan-lukisan Jelekong bertemakan keindahan alam. Namun, berdasarkan permintaan customer dan sarana adaptasi dengan tren kesenian, lukisan-lukisan ‘tidak melulu’ bertemakan keindahan alam Sunda, melainkan dapat berupa lukisan wajah, hewan, maupun lukisan keluarga. Hal ini dilakukan pula sebagai salah satu strategi yang dilakukan oleh masyarakat adat Jelekong di dalam menghalau arus negatif modernisasi dan globalisasi sehingga budaya Sunda dapat lestari.

Di samping itu, globalisasi dan modernisasi sangat membantu bagi penyebaran dan penjualan lukisan dan kebudayaan Sunda tersebut. Transportasi, komunikasi, dan teknologi informasi yang tersebar dan diadopsi masyarakat lokal sedikit banyaknya membantu kehidupan mereka sehari-hari. Mereka mulai mengenal dunia e-commerce melalui digital marketing dan juga social media marketing yang selain terbukti efektif dalam hal penjualan, hal ini juga membantu mereka memperkenalkan dan meningkatkan awareness pada generasi muda sekarang akan eksistensi budaya Sunda.

Pesan dan harapan dari Ibu Intan Sunarya selaku narasumber terkait generasi muda yang tidak turut serta melestarikan budaya adalah beliau menyayangkan para generasi muda yang tak mendapatkan wadah dan dukungan serta pengenalan terhadap budaya Sunda seperti generasi muda Sunda di Desa Jelekong. Budaya lokal Sunda yang dianggap kuno haruslah diberikan re-branding supaya relevan dan dapat diterima dan dikolaborasikan dengan budaya pop yang saat ini sedang menjamur. Masalah ataupun kendala lain yang dialami oleh masyarakat Desa Jelekong merupakan kapital ataupun pendanaan mengingat pagelaran wayang cukup merogoh kocek ratusan juta rupiah.

Harapan lain juga bahwa DISPARBUD mengadakan MoU dengan berbagai sekolah dasar di Kabupaten Bandung maupun Jawa Barat untuk mengadakan agenda study tour ke Desa Jelekong selain untuk edukasi, dapat juga membantu perekonomian masyarakat Jelekong. Maka dari itu, diperlukan suatu tindakan komprehensif dan menyeluruh dari seluruh pihak baik pelaku seni, penikmat seni, juga pemangku kebijakan (bupati), serta pelaksana kebijakan (dinas tertentu) terkait kelestarian budaya leluhur Sunda sebagai warisan dunia yang harus selalu dijaga dan dimumulé oleh kita semua khususnya Urang Sunda Asli.

Penulis berpesan khususnya untuk diri pribadi dan umumnya untuk seluruh generasi penerus masyarakat Sunda untuk selalu turut serta ngamumulé budaya jeung basa Sunda. Hatur Nuhun. Salam Bedas!

dokrpi
dokrpi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun