Mohon tunggu...
Benny Wirawan
Benny Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kedokteran dan blogger sosial-politik. Bisa Anda hubungi di https://www.instagram.com/bennywirawan/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kondom Bekas

11 Februari 2019   12:41 Diperbarui: 11 Februari 2019   13:17 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://hellosehat.com

"Oh iya om, gapapa. Kalau nanti malam gimana? Kebetulan nimas mau shopping," balasnya disertai dua emotikon nyengir. Ia melanjutkan, "Habis shopping kita bisa ngamar kok, trus..  ena-ena."

Huh, buat apa enak-enak denganmu kalau istriku bisa memberi cinta yang lebih nikmat dari semua permainanmu? Tapi aku mengetik lain, "Maaf Nimas. Kayanya kita tidak usah berhubungan lagi."

"Loh? Kok gitu om?" Nimas menjawab cepat.

"Om sudah transfer uang untuk kebutuhanmu. Cukup untuk beberapa bulan. Jangan dihabiskan shopping tas dan pakaian ya," lanjutku, mengabaikan pertanyaannya.

"Loh om, ini bukan masalah uang!" protesnya. "Jawab dulu pertanyaan aku!"

"Karena om sudah punya istri," jawabku mengakhiri percakapan. Ya, fakta yang satu itu belum pernah kukatakan padanya, ataupun gadis-gadis sebelumnya. Ia kenal aku sebagai duda beranak satu, duda cerai dengan anak bersama 'mantan' istriku. Kubuai dia tidak hanya dengan uang melimpah tapi juga kata-kata cinta dan janji-janji akan menikah. Ia tak tahu rumahku, tak tahu tempat kerjaku. Yang ia tahu hanya kujemput ke kos tiap hari Sabtu lalu ke hotel pilihanku.

Nimas masih belum selesai. Segera dia mengetik dan mengirimkan beberapa balasan. Tidak satu pun kubaca. Segera kututup chat dengan Nimas. Kublokir nomernya sehingga badai pesan itu berakhir tiba-tiba. Sebagai penutup kuhapus sejarah chatku dengan Nimas, menghapus bukti bahwa kami pernah bersama. Untuk jaga-jaga aku sudah punya beberapa foto dan rekaman tubuh telanjangnya, ancaman agar ia tak mengganggu kehidupan pribadiku. Selesai sudah urusanku dengan Nimas.

Aku bangkit dari sofa ruang tengah tempatku berurusan dengan handphoneku. Kutengok istriku tercinta, masih mendengkur di balik selimut tebal. Kulihat kulit mulus dan payudara indahnya mengintip dari atas selimut, memancing birahiku naik lagi. Kuremas lembut payudara itu dari balik selimut lalu kukecup dahi istriku yang mendengkur perlahan. Ia menggeliat dalam mimpinya, persis seperti pagi setelah malam pertamaku dulu, sepuluh tahun lalu.

Aku akan menjadi suami yang baik pagi ini, janjiku pada diri sendiri. Aku pergi ke dapur, kulihat setumpuk piring kotor. Dengan sigap kucuci piring-piring kotor itu. Enam piring kotor, dua cangkir sisa kopi kemarin pagi, dan mangkuk bekas sereal si Anton kemarin pagi segera kucuci bersih.

Kuperiksa tempat sampah. Sudah penuh. Biasanya aku istriku harus teriak-teriak dulu supaya aku membuang tempat sampah yang sudah penuh. Tapi hari ini lain. Aku akan jadi suami yang baik. Kuangkat tong sampah penuh itu lalu kubawa keluar.
Isinya kubuang di tong sampah besar di belakang rumah yang nanti sore dibawa kedepan gerbang agar mudah dikumpulkan oleh truk sampah.

Lalu aku - tunggu, apa itu? Di atas tumpukkan sampah yang baru kutuang kulihat sesuatu yang aneh. Sesuatu yang seharusnya tak ada disana. Sesuatu itu tampak seperti seonggok kantong karet berwarna merah. Tunggu... bukankah semalam aku tidak pakai? Bagaimana bisa benda itu ada di tempat sampah dapurku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun