Dimas tak begitu sadar berjalan kembali ke mobilnya. Ia berpikir, apa yang akan dilakukannya di kota ini sendiri tanpa Sita?
Ia pindah ke sini karena Sita. Ini bukan kotanya. Teman ia belum punya. Saudara? Tak usah ditanya. Jika Ayah dan Ibu saja tak mau bersapa, apalagi paman dan bibi? Yang tersisa hanya kerja. Dan hobinya: membaca, menulis.
Ia nyalakan mobil cicilannya. Tangan kiri memasukkan perseneling, tangan kanan merogoh saku. Ia keluarkan sebatang Gudang Garam, menyematkannya di bibir.
Pria tak boleh galau kan?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!