Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Situationship: Hubungan Tanpa Status yang Semakin Marak

25 Desember 2024   08:00 Diperbarui: 24 Desember 2024   16:23 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Situationship (freepik.com)

Dalam era modern yang penuh dinamika, istilah "situationship" muncul sebagai fenomena hubungan yang semakin sering dibahas, baik di media sosial maupun dalam percakapan sehari-hari. Situationship menggambarkan hubungan antara dua individu yang terlibat secara emosional namun tanpa komitmen atau status yang jelas. Hubungan semacam ini menjadi refleksi dari kompleksitas cinta di era modern, di mana batas antara perasaan, keinginan, dan komitmen menjadi semakin kabur.

Mengapa Situationship Terjadi?

Ada berbagai alasan mengapa situationship menjadi semakin umum. Salah satunya adalah perubahan pola pikir generasi muda terhadap komitmen. Banyak individu merasa bahwa hubungan tradisional yang mengharuskan deklarasi status resmi terasa terlalu menekan atau tidak relevan dengan gaya hidup mereka. Selain itu, keberadaan teknologi seperti aplikasi kencan mempermudah interaksi tanpa keharusan untuk mendefinisikan hubungan secara formal.

Keterbukaan terhadap eksplorasi emosi juga menjadi faktor penting. Beberapa orang mungkin merasa nyaman menjalani hubungan tanpa label karena mereka tidak ingin terikat atau merasa belum siap untuk berkomitmen. Namun, di sisi lain, ada pula individu yang terjebak dalam situationship tanpa kesadaran penuh, merasa bingung dengan posisi mereka dalam hubungan tersebut.

Dampak Emosional Situationship

Meskipun terlihat sederhana dan tanpa beban, situationship sering kali menyimpan kompleksitas emosional yang dalam. Bagi sebagian orang, hubungan tanpa status ini memberikan kebebasan dan fleksibilitas. Namun, bagi yang lain, ketidakpastian dalam hubungan dapat memicu rasa cemas, keraguan, dan bahkan kehilangan harga diri.

Ketidakseimbangan ekspektasi menjadi masalah utama. Jika salah satu pihak menginginkan hubungan yang lebih serius sementara pihak lain tidak, maka hubungan tersebut cenderung menjadi sumber konflik emosional. Perasaan tidak dihargai atau dianggap "hanya pilihan" sering kali muncul, menambah beban psikologis bagi pihak yang merasa dirugikan.

Peran Media Sosial dalam Situationship

Media sosial turut berkontribusi dalam popularitas fenomena ini. Unggahan dan cerita tentang hubungan yang tidak didefinisikan sering kali menjadi viral, memicu diskusi luas di kalangan netizen. Selain itu, budaya hookup yang semakin terbuka juga mendukung normalisasi hubungan tanpa komitmen.

Namun, media sosial juga memiliki sisi gelapnya. Tekanan untuk mempertahankan citra tertentu di dunia maya sering kali membuat individu terjebak dalam situationship, takut untuk mendeklarasikan status sebenarnya atau mengakhiri hubungan yang tidak sehat.

Bagaimana Mengatasi Situationship?

Untuk keluar dari jebakan situationship, komunikasi menjadi kunci utama. Penting bagi kedua pihak untuk mendiskusikan harapan dan tujuan mereka dalam hubungan. Jika salah satu pihak merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian, sebaiknya hal tersebut disampaikan secara terbuka.

Selain itu, evaluasi diri juga penting. Mengenali kebutuhan dan batasan pribadi dapat membantu seseorang untuk membuat keputusan yang lebih baik mengenai hubungan yang mereka jalani. Jika sebuah hubungan lebih banyak memberikan rasa sakit daripada kebahagiaan, mungkin sudah saatnya untuk melangkah pergi.

Situationship mencerminkan dinamika hubungan di era modern yang penuh dengan kebebasan, tetapi juga kerentanan emosional. Meskipun memberikan fleksibilitas bagi sebagian orang, fenomena ini tetap membutuhkan kesadaran dan komunikasi yang sehat agar tidak menjadi sumber konflik atau rasa sakit yang berkepanjangan. Di tengah kebingungan akan cinta dan komitmen, yang terpenting adalah memahami diri sendiri dan berani menentukan arah hubungan yang diinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun