Genre horor selalu memiliki tempat istimewa dalam perfilman Indonesia. Cerita-cerita menyeramkan yang berakar dari tradisi mistis dan budaya lokal telah menjadi bagian dari warisan budaya bangsa.Â
Namun, seiring berjalannya waktu, genre horor di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan, bergerak dari kisah-kisah mistis tradisional menuju tren horor modern yang dipengaruhi oleh gaya global.Â
Dalam artikel ini, kita akan meneliti bagaimana evolusi ini terjadi dan apa yang membuat genre horor tetap relevan dan digemari oleh penonton Indonesia.
1. Akar Mistis dalam Film Horor Tradisional
Film horor Indonesia pada awalnya sangat dipengaruhi oleh cerita-cerita rakyat dan kepercayaan mistis yang tersebar luas di berbagai daerah.Â
Kisah-kisah tentang hantu lokal seperti kuntilanak, pocong, dan genderuwo menjadi tema utama dalam film-film horor klasik. Film seperti Sundel Bolong (1981) dan Pengabdi Setan (1982) adalah contoh populer dari era ini, yang menggabungkan elemen mistis dan budaya lokal dengan kisah-kisah menyeramkan.
Penggunaan latar belakang desa atau hutan yang lekat dengan nuansa mistis, serta adegan-adegan yang memanfaatkan rasa takut terhadap yang tak terlihat, menjadi ciri khas dari film-film horor tradisional Indonesia. Selain itu, banyak dari cerita-cerita ini yang memiliki elemen moralitas, di mana para karakter dihukum karena melanggar norma-norma sosial atau agama.
2. Perubahan dan Kebangkitan Horor di Era 2000-an
Memasuki era 2000-an, industri film horor Indonesia mengalami kebangkitan. Salah satu film yang menandai era ini adalah Jelangkung (2001), yang memperkenalkan elemen modern seperti penggunaan teknologi dan kehidupan perkotaan dalam alur cerita horor.Â