Selain itu, deepfake juga bisa digunakan untuk menyebarkan disinformasi secara lebih luas. Dengan menciptakan narasi palsu yang tampak nyata, pihak-pihak tertentu dapat memanipulasi opini publik dan memengaruhi hasil pemilu.Â
Ini bisa terjadi baik secara lokal maupun internasional, di mana aktor asing menggunakan deepfake untuk mempengaruhi politik negara lain. Dampaknya bisa sangat merusak, mengingat kecepatan dan luasnya penyebaran informasi di era digital.
Dampak terhadap Integritas Kampanye Politik
Penggunaan deepfake dalam kampanye politik mengancam integritas proses demokrasi. Dalam sebuah kampanye yang sehat, pemilih seharusnya membuat keputusan berdasarkan informasi yang akurat dan transparan.Â
Namun, dengan keberadaan deepfake, batas antara kenyataan dan kebohongan menjadi kabur. Pemilih dapat dibingungkan oleh informasi yang salah, yang mengarah pada keputusan yang tidak berdasarkan fakta.
Selain itu, ketakutan akan adanya deepfake dapat menciptakan ketidakpercayaan yang lebih luas terhadap informasi yang sah.Â
Dalam suasana di mana masyarakat semakin sulit membedakan antara yang nyata dan yang palsu, skeptisisme terhadap media dan informasi resmi dapat meningkat.Â
Hal ini dapat mengarah pada erosi kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga demokrasi, termasuk media, pemerintah, dan bahkan proses pemilu itu sendiri.
Dampak terhadap Opini Publik
Opini publik sangat rentan terhadap manipulasi ketika informasi yang diterima tidak dapat dipercaya. Dalam konteks politik, deepfake dapat memicu perubahan opini yang drastis dalam waktu singkat.Â
Misalnya, sebuah video deepfake yang menunjukkan seorang kandidat berbicara dengan nada rasis atau melakukan tindakan korupsi dapat menyebabkan gelombang kemarahan publik yang tidak berdasar pada kenyataan.