Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone

Pegawai pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone. Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pengaruh Teknologi Deepfake dalam Kampanye Politik: Ancaman terhadap Integritas dan Opini Publik

14 Agustus 2024   07:06 Diperbarui: 14 Agustus 2024   07:09 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Deepfake (Sumber: freepik.com)

Opini publik sangat rentan terhadap manipulasi ketika informasi yang diterima tidak dapat dipercaya. Dalam konteks politik, deepfake dapat memicu perubahan opini yang drastis dalam waktu singkat. Misalnya, sebuah video deepfake yang menunjukkan seorang kandidat berbicara dengan nada rasis atau melakukan tindakan korupsi dapat menyebabkan gelombang kemarahan publik yang tidak berdasar pada kenyataan.

Ilustrasi: Deepfake (Sumber: freepik.com)
Ilustrasi: Deepfake (Sumber: freepik.com)
Selain itu, deepfake juga dapat memperkuat polarisasi politik. Dalam lingkungan di mana masyarakat sudah terbagi berdasarkan pandangan politik, video deepfake dapat digunakan untuk memperburuk perpecahan ini. Penggunaan deepfake untuk menyebarkan narasi palsu yang mendukung satu kelompok politik dan menyerang kelompok lain dapat memperdalam jurang perbedaan dan menghambat dialog yang konstruktif.
Upaya Mengatasi Ancaman Deepfake

Mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh deepfake memerlukan pendekatan yang komprehensif. Pertama, perlu ada peningkatan kesadaran publik tentang keberadaan dan potensi bahaya deepfake. Edukasi tentang cara mengidentifikasi video atau audio yang mencurigakan dapat membantu masyarakat lebih kritis dalam menerima informasi.

Kedua, pengembangan teknologi deteksi deepfake juga menjadi prioritas. Banyak perusahaan teknologi dan peneliti sedang bekerja untuk menciptakan alat yang dapat mendeteksi deepfake secara otomatis. Namun, karena teknologi deepfake terus berkembang, upaya ini harus terus ditingkatkan agar bisa mengimbangi inovasi baru.

Ketiga, regulasi yang lebih ketat juga diperlukan untuk mencegah penyebaran deepfake yang merusak. Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk memperkenalkan undang-undang yang menghukum penggunaan deepfake untuk tujuan disinformasi atau manipulasi politik.

Teknologi deepfake, meskipun inovatif, menghadirkan tantangan serius bagi integritas kampanye politik dan stabilitas opini publik. Penggunaan deepfake dalam konteks politik dapat merusak proses demokrasi, memanipulasi persepsi pemilih, dan memperdalam polarisasi sosial. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak---baik pemerintah, perusahaan teknologi, maupun masyarakat umum---untuk bekerja sama dalam mengatasi ancaman ini. Hanya dengan demikian kita dapat memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan dan bukan untuk menghancurkan kepercayaan publik dalam demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun