BANDUNG -- REVIEW HOTEL
Menginap di hotel yang berada di Jalan Merdeka Nomor 2 Bandung ini adalah impian saya. Itu sebabnya, ketika saya menemukan ada anggota grup Facebook Hotel Review Indonesia yang menawarkan voucher hotel seharga setengah dari rate normal, langsung saya sambar.
Ada beberapa alasan saya menginginkan menginap di hotel bintang empat ini. Salah satunya adalah hotel ini memiliki sejarah panjang karena didirikan pada tahun 1924 dengan nama Hotel Van Hengel. Bukan milik orang Belanda, Â hotel ini awalnya milik seorang warga negara Italia bernama Ny. A.M Meister.
Lho, bukankah hotel peninggalan zaman Hindia Belanda banyak cerita horornya? No Way! Saya nggak percaya rumor tak jelas seperti itu. Itu hanya buat orang penakut.
Berdasarkan referensi yang saya baca, Hotel Van Hengel semula hanya punya 40 buah kamar utuk tamu jangka waktu panjang (long staying guest).
Pada 1956 Hotel Van Hangel menambah jumlah kamar menjadi 48 dan terus berkembang. Pada tahun 1960, tepatnya tanggal 4 April, H.E.K. Ruhiyat membeli saham Hotel Van Hangel. Didorong oleh rasa Nasionalisme yang tinggi, pada tahun 1963 Hotel Van Hangel diganti nama menjadi Panghegar. Nama Panghegar memiliki arti dari bahasa Sunda yakni bersih dan menyenangkan.
Pada 2016 Hotel Panghegar mengganti nama menjadi Grand Royal Panghegar. Hotel ini masih konsisten dengan mempertahankan sundanese hospitality bertaraf internasional dengan tetap memberi layanan yang memuaskan kepada tamu sebagai prioritasnya.
Tak bertahan lama dengan nama baru, pada 2018 hotel ini berganti kepemilikan, dan berganti nama pula menjadi eL Hotel Royale Bandung (kadang ditulis juga eL Royale Hotel Bandung). Agak lumayan susah untuk mengingatnya.
Ulasan
Kami sekeluarga diperkenankan check- in sejam lebih awal dari jam yang ditentukan biasanya yakni 14.00. Staf FO sangat ramah dan helpfull banget. Semua informasi diberikan nggak pakai ribet. Tapi aturan protokol kesehatan tetap harus kita patuhi.
Posisi room kami di bagian bangunan lama menghadap jalan Lembong sehingga dinamakan Tipe Lembong Room. Bagian bangunan baru masuk dalam tipe kondotel dengan fasilitas lebih baru, lebih luas dan lebih tinggi rate  tentunya.
Selama pandemi ada beberapa aturan yang diterapkan. Misalnya jam kolam renang dan jumlahnya diatur. Meski diatur tetap saja kolam renang hotel ini jadi salah satu favorit tamu. Selain karena luas, juga memiliki air yang hangat.
Akibat pandemi pula jam breakfast  ditentukan saat check-in. Bahkan tempat breakfast pun dibagi dua lokasi. Tidak hanya di resto lobi tapi di depan mushola, samping kolam renang.
Aturan prokes harus diterapkan selama di area hotel. Tapi nggak ribet dan ketat juga sih. Nggak seperti di hotel lain yang setiap lift ada hand sanitizer, di sini nggak begitu.
Oh iya, stay di sini tuh sekaligus memenuhi harapan saya. Pasalnya, anak saya dulu sekolah di SDN Merdeka tepat di seberang hotel ini. Pernah suatu hari saat jemput anak, berharap bisa menginap stay di hotel ini. Ternyata akhirnya terwujud. Walaupun sekarang anak saya sudah SMA.
Untuk urusan kuliner, hotel ini punya Pakuan Cafe yang memiliki konsep open kitchen sehingga tamu bisa menyaksikan langsung penyajian makanan. Tersedia menu Indonesian, Oriental dan Western Food. Menariknya, Pakuan Cafe memiliki VIP room untuk kapasitas 20 orang.
eL  Hotel Royale Bandung  sangat strategis karena berada di tengah kota Bandung. Tergolong city hotel lantaran menjangkau bandara dan  stasiun kereta hanya dengan waktu singkat. Dekat dengan pusat bisnis, pusat belanja, pusat kuliner dan pusat hiburan.
Secara keseluruhan saya puas tinggal di hotel ini. Berharap bisa tinggal di hotel ini di tipe condotel. Semoga saja.
Untuk video review  lengkapnya bisa lihat di bawah ini:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H