Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bagaimana Nasib Buku Ahok?

16 November 2016   17:16 Diperbarui: 16 November 2016   17:19 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah perusahaan sabun ternama tiba-tiba saja menghentikan iklan dengan bintang terkenal yang dipakainya gara-gara heboh video hot. Padahal sebelumnya, produk itu sudah gembar-gembor menyebut artis itu sebagai brand ambasadornya. Bisa dimaklumi lantaran perusahaan sabun itu tak mau citra yang dibangunnya susah payah akan ikut ambruk gara-gara menayangkan iklan tersebut. Ketakutannya bukan sekadar pada jeleknya citra produk sabun, tapi juga perusahaan.

Ketika Salman Rushdie menerbitkan Ayat-Ayat Setan lalu  jadi masalah di beberapa negara Islam, penerbit di Indonesia tidak ada yang berani menerbitkan buku itu. Bahkan, buku-buku lain dari Salman Rushdie pun tak disentuh penerbit kendati banyak pujian dari segala penjuru. Barulah setelah badai mereda, buku-buku Salman rushdie diterjemahkan di Indonesia, kecuali satu judul yang memang kontroversi.

Alasan penerbit di Indonesia tentu saja jelas, tidak mau mengambil risiko bukunya ditarik dari peredaran, atau bahkan lebih buruk lagi mendukung apa yang ditulis oleh Rushdie. Dengan kata lain, khawatir penerbit dianggap oleh masyarakat  berpihak kepada isi buku. Itu sebabnya bukunya diterbitkan. Padahal, sebagian besar penerbitan hanya melihat dari sisi industri, bahwa buku itu akan laris karena kontroversi.

Pada tahun 1990-an ketika seorang pemimpin redaksi tabloit dinyatakan bersalah karena dianggap melakukan pelecehan kepada umat islam,  buku-bukunya pun hilang dari toko buku. Sudah bisa dipastikan ditarik penerbitnya. Dan tentu penerbitnya tidak mau kena getahnya dengan membiarkan buku-buku itu ada display toko buku, kendati buku-bukunya sama sekali tidak menyinggung soal agama.

Selama beberapa bulan ini di Indonesia, nama Ahok begitu populer. Dan setiap tokoh yang populer akan menarik banyak minat orang untuk mengetahui sosok itu. Jadilah banyak penulis yang membuat buku tentang Ahok. Ada yang sendiri maupun keroyokan. Penerbit pun banyak yang bersedia menerbitkan buku tentang Ahok karena sosoknya yang populer. Bahkan ada yang sengaja memesan khusus kepada penulis. Di benak penerbit, sekalipun tidak laris manis, pasti akan habis pada cetak ulang pertama. Apalagi jumlah Teman Ahok juga tidak sedikit.

Saya yakin ketika nama Ahok mulai dikaitkan dengan kasus Kepulauan Seribu, banyak penerbit yang  menerbitkan buku Ahok mulai ancang-ancang mengambil sikap. Ada yang menarik buku dari peredaran, membiarkan dulu sambil menunggu momen lanjutan, atau sengaja dibiarkan saja. 

Penerbit yang menarik bukunya tentu khawatir jika perusahaannya dianggap mendukung hal yang dilakukan Ahok sehingga bisa kena getah dari kekesalan masyarakat. Penerbit ini bersedia menanggung kerugian materi ketimbang rugi nama baik perusahaan dan materi. Penerbit yang menunggu momen, masih berharap ada tindakan yang akan menguntungkan di kemudian hari dan malah akan mencetak buku lebih banyak, smabil sesekali mengambil peluang mengemas bentuk promosi yang berpihak ke mayoritas gerak angin. Penerbit yang sengaja membiarkan saja disebabkan karena sudah menrbitkan bukunya sejak lama. Yang ada di toko buku hanyalah sisa stok, kecuali toko buku memang mereturnya.

Nah, selain penerbit, tentu saja toko buku pun harus memikirkan kemungkinan risiko dengan keadaan sekelilingnya. Selain risiko persepsi keberpihakan juga kerugian lain secara materi dan pencitraan.  Dalam beberapa kasus buku bermasalah dengan keagamaan di Indonesia, biasanya toko buku cenderung bermain aman dengan meretur semua buku dengan penulis atau konten bermasalah ke penerbit.

  Hari ini, ketika Ahok dijadikan tersangka tentu sikap penerbit dan toko buku akan semakin kelihatan. Penerbit yang masih menyimpan naskah Ahok dalam proses redaksi tentu akan serta merta menunda waktu terbit atau malah menghapus dari jadwal. Untuk apa penerbit mengambil risiko? Sedangkan untuk tahu nasib buku-buku tentang Ahok yang sudah beredar, silakan saja kunjungi toko buku. Bagaimana penampakan displaynya?

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun