Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ke Mana Uang Iuran BPJS Saya Kalau Tidak Pernah Sakit?

14 Juni 2016   12:29 Diperbarui: 4 April 2017   18:31 10154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjelasan Gotong Royong dalam BPJS. (Capture: Benny)

Sekitar 30 menit kemudian saya dipanggil,  ditanya lagi, BPJS yang bayar atau gratis? Saya jawab bayar. Lalu saya diminta  mengisi formulir. Tepatnya sih sekadar mengisi nama dan tanda tangan. Karena isian lainnya akan diisi petugas. Kartu BPJS saya sudah ditandai di ujung kanannya. Entah apa, karena tak jelas.

Saya kemudian menuju ruang tunggu tak jauh dari pintu masuk. Saya mendapat nomor 15 jadi saya pikir tidak akan menyita waktu lama menunggu.  Sambil menunggu nomor panggilan, saya bertanya kepada  perempuan setengah baya di sebelah saya. 

"Bu, pakai umum atau BPJS?" tanya saya.

"BPJS," jawab si Ibu.

"Sama atuh. Iuran yang berapa?" tanya saya lagi.

"Ibu mah dikasih sama kelurahan kartu BPJS-nya," jawab Ibu itu.

Saya tersenyum karena si Ibu mulai dipanggil ke ruang dokter.

Sabar menanti di Puskesmas Cpamokolan. (Foto: Benny)
Sabar menanti di Puskesmas Cpamokolan. (Foto: Benny)
Di perusahaan tempat kerja saya, semua karyawan disarankan ikut BPJS Kesehatan sejak 2014. Beberapa karyawan langsung mendaftar secara pribadi. Saya sendiri belum tertarik karena masih mendengar kabar simpang-siur buruknya layanan BPJS Kesehatan di media Internet maupun cerita langsung dari teman-teman di kantor. Karena belum semuanya mendaftar, pihak kantor akhirnya melakukan pendaftaran secara kolektif. Maka pada bulan Februari 2015 saya resmi menjadi pemilik kartu BPJS Kesehatan, termasuk isteri dan putra saya. Semua prosedur pendaftaran dan pembayaran iuran BPJS Kesehatan diatur oleh kantor. 

Sosialisasi BPJS Kesehatan banyak saya dapat dari atasan saya. Sebagai peserta BPJS Kesehatan awal, Beliau punya cerita menyentuh bagaimana dia harus pontang-panting mencari biaya pengobatan untuk cangkok ginjal suaminya. Tapi sejak ada BPJS, hampir tak sepeser pun uang yang  dikeluarkan untuk biaya pengobatan suaminya.

Jujur saja, lebih dari setahun memiliki kartu BPJS Kesehatan, kami sekeluarga belum pernah memanfaatkannya. Kebetulan saya masih dapat plafon kesehatan di kantor walaupun jumlahnya tak sebanyak dulu. Rasa malas ke faskes primer seperti Puskesmas, ditambah cerita antrean panjang dan datang subuh ke rumah sakit rujukan untuk pengguna BPJS Kesehatan, merupakan alasan untuk pergi ke dokter tanpa kartu BPJS Kesehatan. 

Dari hasil laporan BPJS Kesehatan pun saya mendengar uang kesehatan yang dikeluarkan BPJS di lingkungan kantor per tahun ternyata lebih kecil ketimbang biaya kesehatan yang biasanya  harus dikeluarkan kantor per tahun sebelumnya. Sementara iuran BPJS Kesehatan yang dikeluarkan masih lebih besar ketimbang biaya kesehatan karyawan. Sekilas kantor jadi rugi. Penyebab rendahnya dana yang dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk karyawan  bisa jadi karyawan enggan menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan karena takut ribeut, jadi kalau nggak sakit parah ya ditahan saja atau pakai obat warung. Kalau pun mau berobat, biasanya non BPJS Kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun