[caption caption="Anak-anak Desa Saham melambaikan tangan dari Rumah Betang. (Foto: Benny)"]
Obyek wisata ini adalah yang paling unik karena pertama kali saya mendatangi ke rumah adat panggung tinggi. Beberapa kali sebelumnya saya pernah masuk ke ragam rumah adat, seperti  di Desa Sade maupun Rumah Limas, tapi ini berbeda.
Kendati sentuhan modern tampak di dalamnya, tapi tak menyurutkan rasa takjub saya berada di rumah yang dihuni 40-an kepala keluarga ini. Â Semoga saja pemerintah memperhatikan kelestarian adat ini dan mau lebih memperhatikan sarana penunjang seperti akses jalan serta penginapan untuk wisatawan.
Usai acara sosial di rumah kayu itu, tim pun bergeser ke penginapan. Hari selanjutnya, destinasi yang hendak kami kunjungi juga tak kalah menariknya, yakni perbatasan Entikong. Apakah ini obyek wisata? Bukan.
[caption caption="Pembangunan di Entikong. (Foto: Benny)"]
Kendati bukan obyek wisata, menurut saya Entikong sebagai wilayah perbatasan RI dan Malaysia menyimpan potensi besar sebagi magnet wisata ke depannya. Dan sepertinya itu sudah dipikirkan pula oleh pemerintah. Entikong yang semestinya menjadi etalase cantik Indonesia, kini tengah dibangun infrastrukturnya.
Saya membayangkan di wilayah ini dibangun museum modern tentang perjuangan Indonesia dan sejarah hubungan Indonesia dengan Malaysia. Saya juga membayangkan di Entikong ini dibangun fasilitas pendidikan modern mulai dari sekolah dasar hingga universitas berstandar Internasional. Kalau sekadar waterpark sih, tentu bukan soal sulit. Biar warga Malaysia nanti terus berlibur membelanjakan uang mereka di Entikong. Kalau perlu minta bantuan Kang Ridwan Kamil merencanakan kota Entikong.
Catatan terakhir yang saya bisa berikan untuk pariwisata Kalbar adalah tentang Jembatan Tayan yang sedang ngehits. Saat disambangi memang belum diresmikan. Tapi ramainya seperti jembatan di tengah kota.
[caption caption="Sekitar Jembatan tayan yang belum rampung. (Foto: Benny)"]
Ironisnya, kemegahan Jembatan Tayan ini tak sepadan dengan kualitas Jalan Trans Kalimantan Barat di Kabupaten Sanggau. Hanya beberapa kilometer dari Jembatan Tayan ini. Jika memang Jembatan Tayan akan diresmikan oleh Presiden Jokowi, sebaiknya perbaikan jalan yang seperti kubangan lumpur itu dipercepat. Untung saja saat saya lewat naik Datsun Go yang suspensinya mampu meredam efek melewatijalan bergelombang
Entah bagaimana bisa perekenomiaan dan pariwisata di sekitar Jembatan tayan maju jika akses jalan dari arah perbatasan Malaysia tidak diurus? Semoga hal ini menjadi perhatian banyak pihak.