Saat menginjak masjid azan ashar berkumandang. karena saya sudah menjama shalat, saya luangkan untuk melihat arsitektur masjid yang didominasi kayu belian. Â Terlihat enam pilar bundar dan enam tiang penyangga lainnya berdiri di antara shaf masjid. Tiang-tiang itu uniknya dijadikan rak menyimpan al Quran.
Tinggi tanah dan lantai masjid tampak sudah dicor menghindari efek turunnya kontur tanah. Bisa jadi sudah banyak yang berubah dari sejak berdirinya tahun 1771. Apalagi penduduk sekitar semakin padat dan meramaikan masjid. Saya melihat beberapa anak kecil bermain di teras masjid.
[caption caption="Masjid Jami Sultan Abdurrahman nan bersejarah. (Foto: Benny)"]
Saat meninggalkan masjid, saya berdoa agar masjid ini dijaga keasliannya oleh para jamaah karena biar bagaimanapun melekat dengan sejarah kota Pontianak.
Hal menarik dari masjid ini adalah pemandangan di depannya karena berdekatan dengan Sungai Kapuas. Anak-anak kampung berenang di sisi sungai dengan riang gembira, sementara kapal-kapal besar dan kecil hilir mudik menandakan Pontianak tak sesepi dulu. Alangkah senangnya saya, jika di sekitar anjungan juga dipenuhi pot-pot bunga maupun tanaman lainnya agar tampak lebih asri.
Berikutnya, tim berjalan kaki menuju Istana Kadriah. Berfoto bersama untuk kepentingan dokumentasi. smentara anak-anak setempat bermain sepeda di sekitar kami. Saya perhatikan di sisi jalan menuju istana. Terdapat beberapa cindera mata yang tutup.
Wuah, padahal dengan rombongan sebesar kami, jika toko itu buka, bisa mengambil beberapa lembar rupiah dari dompet kami. Bukankah sudah lumrah di setiap obyek wisata terdapat kedai-kedai penjual cendera mata? Dan lumrah pula para wisatawan menganggarkan belanja cendera mata untuk dibawa pulang.
[caption caption="Istana Kadriyah yang mengingatkan saya kepada jeruk pontianak. (foto: Benny)"]
Sejujurnya saya tidak mendapat wawasan mendalam di Keraton Kadriyah selain melihat istana kayu dan jejeran meriam di depannya. Apalagi kami tidak diberi kesempatan melihat-lihat ke dalam istana. Entah apa isinya. Tapi setidaknya, sebagai seorang penulis cerita anak, saya mendapat ide bahwa suatu hari nanti akan membuat kisah tentang istana kayu yang unik ini.
Usai dari kawasan bersejarah ini, tim beranjak ke kawasan wisata belanja yang disebut panitia sebagai Chinatown Pontianak. Saya tidak tahu banyak informasi tentang ini sebelumnya, sebab teman di Pontianak menyebutkan tempat belanja oleh-oleh wisatawan biasanya di PSP, Jalan Patimura.
Disebabkan kami harus memainkan satu games, saya nyaris tak sempat mengeksplorasi tempat ini. Tapi saya bisa melihat kelengkapan barang-barang yang bisa dijadikan oleh dari kedai ke kedai. Sungguh, waktunya belum tepat untuk belanja oleh-oleh di hari pertama, mengingat bagasi yang kami bawa masih penuh.