Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jurnal DRE: Apa Kabar Wisata Kalbar?

4 Februari 2016   16:01 Diperbarui: 5 Februari 2016   07:51 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntung saya terhibur dengan atraksi yang dilkukan perempuan petugas Tugu Khatulistiwa bernama Bu Sutami. Kendati pada awalnya tak ada yang mendengarkan celotehnya karena bicara tanpa pengeras suara, tiba-tiba dia mengejutkan tim DRE dengan menunjukkan sebutir telur ayam. Mau didadarkah? Bukan atuh.

Bu Sutami membuktikan kepada tim DRE keistimewaan area Tugu Khatulistiwa lantaran memiliki medan magnet yang berbeda dan berpengeruh kepada gaya gravitasi benda. Telur ayam di tangannya didirikan di atas lantai dan ... ajaib! Tidak terguliling dan menggelinding.

Tim pun mencoba. Ada yang gagal dan berhasil. Saya membayangkan jika atraksi telur ini lebih dieksplore lagi untuk pengunjung. Bahkan jika mungkin dibuatkan catatan rekor lomba mendirikan telur. Pasti seru untuk atraksi maupun publikasi. Apalagi jika pemecah rekor disyahkan dengan sertifikat.

[caption caption="Dulu, seperti ini Tugu Khatulistiwa. (repro: benny)"]

[/caption]

Ngomong-ngomong soal sertifikat, mengapa saya tidak dikasih sertifikat sesudah menginjak Tugu Khatulistiwa? Sebab beberapa teman saya yang pernah ke tugu ini bilang diberikan selembar sertifikat. Sudah habis atau memang terlupakan? Lumayan kan jika dapat sertifikat, untuk koleksi dan foto-foto di Instagram.

Oh iya, sekadar tambahan, mungkin sebaiknya di luar ataupun di dalam dibuatkan untuk pengunjung spot-spot cantik untuk foto bareng atau selfie. Bisa dengan membuat instalasi aksara maupun taman yang rapi dan hijau. Apalagi jika di luar dibuatkan menara cantik. Menurut saya tugu sepopuler ini tetap harus bersolek mengikuti kekinian.

Obyek wisata berikutnya yang singgahi Tim DRE adalah tempat berdirinya Keraton Kadriah dan Masjid Jami Sultan Abdurrahman. Khusus keraton, saya sendiri menemukan penulisan nama yang berbeda antara Kadriah, Kadariyah dan Kadriyah di lokasi maupun di internet. Saya pakai Kadriah saja karena begitu yang tertera di papan pintu masuk.

[caption caption="Seandainya papan nama ini dibuat lebih menarik. (Foto: Benny)"]

[/caption]

Sebelum memasuki tempat parkir saya sempat heran juga karena jalan menuju komplek keraton terbilang sempit. Tidak seperti kita berkunjung ke Keraton Jogja atau Istana Maimun. Malah terbilang sesak karena berdampingan langsung dengan perkampungan warga. Jadi tidak heran jika turun dari parkir saya melihat arena yang tampak tidak tertata rapi dan banyak sampah plastik berseliweran.

Untunglah saya terhibur ketika berjalan menuju ke masjid yang juga didirikan oleh pendiri kota Pontianak, yakni Syarief Abdurrahman Alkadrie. Saya melihat sungai kecil yang dipenuhi perahu dengan warna mencolok. Tentu saja jangan dibayangkan dengan jajaran gondola yang pernah saya lihat ketika pelesir ke Venesia. Tapi tetap menarik, terutama untuk santapan lensa kamera. 

[caption caption="Perahu-perahu kecil di anak sungai Kapuas sebagai sarana transportasi penduduk. (foto: Benny)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun