“Kami ingin punya banyak buku cerita,” kata Rani, anak Entikong mengungkapkan harapannya.
Terenyuh saya melihat anak-anak itu mendekap buku yang mereka dapat. Seolah mereka mendapat sebuah hadiah yang besar.
Kami kemudian menuju ke tempat belanja dan melihat sendiri produk-produk Malaysia di display warung. Termasuk elpiji. Transaksi pun bisa dilakukan dengan uang rupiah dan ringgit. Saya sem[at membeli produk sebagai kenangan.
Selanjutnya, kami meneruskan perjalanan kembali ke Pontianak lewat jalur berbeda. Walaupun lebih singkat tapi kamu menemukan jalan nasional yang sangat parah untuk dilalui mobil. Tapi saya merasa terhibur karena sesusainya sempat melihat pembangunan yang megah Jembatan Tayan yang sedang ngehits di Kalimantan Barat.
[caption caption="Biar kekinian melipir juga ke Jembatan Tayan. (Foto: Benny)"]
Lepas magrib dari Tayan, saya memegang kemudi karena saya ingin merasakan menyetir Datsun Go di malam hari dan cuaca kebetulan juga hujan lebat. Benar-benar uji nyali karena saya juga harus ikut take over beberapa kali truk dan mobil yang berbaris dua sampai tiga di depan.
Karena sudah mulai terbiasa dengan Datsun Go, saya sedikit lebih tahu mengendalikannya. Ya, sesuai dengan kemampuan saya menyetir. Paling tidak saya lebih berani menikung di jalan licin. Dan tahu celah bermain dengan akselerasi Datsun Go yang berbeda dengan mobil yang saya pakai sehari-hari. Cukup dengan gigi dua dan tiga, saya bisa aman berkendara.
Lega rasanya ketika perjalanan tujah jam berakhir dan kami sampai ke hotel Gardeni dengan selamat. Sungguh saya tak hanya mendapat pengalaman luar biasa di perbtasan, tapi juga mengendarai Datsun Go pada malam nan gelap dan hujan lebat melewati jalan berliku dan naik turun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H