Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saya Bete Bertemu Jokowi

15 Desember 2015   11:28 Diperbarui: 15 Desember 2015   15:44 4522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Seru juga bisa ke Istana Presiden RI. (Foto: Benny Rhamdani)"]

[/caption]

Akhirnya, untuk pertama kali saya sampai ke Gandaria City dengan kemeja batik dan sepatu yang nggak gue banget. Ya ini pertama kali ke mall yang katanya lagi ngehits ini. Sebab saya bukan cowok mall. Saya cowok perpustakaan (Halah, pencitraan).

Ternyata sudah banyak Kompasianer yang sudah kumpul meskipun belum pukul sembilan teng. Baik yang akan ke Istana maupun merayakan Kompasianival. Saya sebutkan di sini ya. Anggap saja sedang kirim-kirim lagu di radio. Ada Rahab, Om tjip dan isteri, ci Christine, Indria Salim, Bli Agung, Thamrin S, Thamrin D, Haris Maulana, teman kuliah Syaifudin, Dzulfikar dan Ima (teman satu grup Whats App) dan masih banyak lainnya. Paling mengejutkan saya ketemu Mas Abi, guru menulis saya di majalah HAI waktu saya masih SMA.

Tampak di panggung Kompasianival tengah dilakukan cek sound sampai latihan ngeband. Saya kemudian dibagikan selembar amplop berisi kartu undangan makan siang dengan Presiden Jokowi. Undangannya formal. Ya iyalah, kan acara kenegaraan. Masa undangannya disimpan dalam botol terus pakai ornamen renda-renda?

Setelah luntang-lantung kehausan menunggu keberangkatan, pukul sepuluh saya ikut rombongan naik bus. Saya duduk sebangku dengan bli Agung. Tapi ngobrol banyaknya sama mbak Indria Salim. Entah jam berapa, kami akhirnya sampai ke kawasan Harmoni, lalu belok ke gerbang Sekneg. Saya jadi ingat belasan tahun silam, ketika ngantor sebagai jurnalis di koran Berita Kota dan melewati kawasan ini setiap hari. 

Seperti masuk ke dalam bandara, rombongan Kompasianer harus melewati pemeriksaan tas dan bawaan lainnya. Barulah kami bisa masuk ke halaman belakang Istana Presiden. Tapi tak langsung bisa masuk ke dalam istana. Alhasil, sebagian sibuk potret selfie dan potret bareng. 

Kakak Nurul yang berkumis menawan mengakhiri acara potret-potret itu dengan memberikan sedikit wejangan kepada Kompasianer. Intinya sih, jangan bawa kamera dan handphone. Harus ditinggal di gerbang pemeriksaan berikutnya. Siap. Untung kumis nggak perlu dititipin juga ya, Kak.

Lalu, seperti hendak nonton film box office kami antre melewati gerbang pemeriksaan kedua. Saya titipkan handphone saya (ini hasil menang hadiah livetwit) ke dalam tas mbak Indria Salim. Saya lihat beberapa orang sudah tak sabar masuk ke dalam istana. Saya masih jaim dikit, berasa mau masuk istana boneka Dufan.

Pipisin Istana

[caption caption="Posting foto di istana di Instagram banyak yang komen dan nge-like. (Foto: Harris Maulana)"]

[/caption]

Di ruang yang kurang lebih seluas lapangan futsal itu, ternyata banyak Kompasianer yang sudah duduk manis di meja-meja strategis. Saya melipir ke pinggir sambil berusaha tersenyum kepada para anggota paspampres yang cantik dan keren-keren itu. Mencari tahu juga, siapa tahu ada teman-teman Paspampres di Instagram yang sedang bertugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun