Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Serunya Wisata ‘Preman Pensiun’ di Bandung

24 Juli 2015   09:23 Diperbarui: 25 September 2015   16:44 12271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinetron Preman Pensiun sangat melekat di hati penggemarnya. Di kantor, rekan-rekan sering kali membahas sinetron besutan Aris Nugraha ini. Mungkin karena mengambil lokasi latar di Bandung sehingga punya edekatan geografis.

Rupanya, Preman pensiun tak hanya disukai warga Bandung. Musim mudik lalu, kerabat saya dari Palembang datang dan langsung heboh membicarakan kesan suka terhadap Preman Pensiun. Rupanya kedekatan psikologis terhadap Bandung pun turut menyentuh emosi mereka walau berada di  sebarang pulau.

Tiba-tiba saja tercetus dari kerabat saya untuk mendatangi lokasi-lokasi yang dipakai latar Preman Pensiun.  Saya sendiri bukanlah penonton sinetron yang season awal mencuatkan sosok Kang Bahar  (diperankan dengan apik oleh Didi Petet). Saya pun sibuk tanya sana-sini untuk mengetahui beberapa titik lokasi sytuing. Yang saya hanya tahu, kebanyakan berlokasi sekitar Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga.

Rupanya kerabat saya kepengen juga mampir melihat langsung melihat rumah Kang Bahar dan Kang Emus. Sebagai tuan rumah yang berusaha melayani keinginan tamu dari jauhnya, saya pun mencari informasi.  Voila! Alamat lokasi syuting pun akhirnya saya kantungi.

Tiga hari setelah lebaran, kami berombongan dua mobil mulai menuju Jalan gatot Subroto Bandung. Kerabat kami yang penonton setia Preman Pensiun mulai mengenali beberapa spot sebagai latar syuting di episode sekian dan sekian.

Saya yang berada di depan, memutar kemudi ke Jalan Puteri tak jauh dari Jalan Burangrang. Laju mobil saya perlambat untuk menyisir rumah-rumah di sisinya. Lagi-lagi kerabat saya langsung mengenali sebuah rumah di pojokan sisi kiri.  “Itu rumah Kang Bahar,” katanya menunjuk sebuah rumah begaya lama.

Ini lho rumahnya Kang Bahar. (foto: Benny Rhamdani) 

Saya langsung menghentikan mobil di sisi jalan. Ada dua mobil terparkir di halaman kanan rumah itu. Seperti ada penghuninya. Tapi ketika melihat pintu pagar digembok, saya pesimis ada penghuninya. Apalagi tetap sunyi ketika saya berusaha mengucapkan salam.

Kerabat saya yang ingin foto-foto di teras rumah Kang Bahar sedikit kecewa. Akhirnya kami foto-fotoan sajadi depan rumah. Yang penting sudah melihat dengan mata kepala sendiri rumah dedengkot Preman Pensiun.

Setelah itu, kami melanjutkan sasaran berikutnya yakni rumah Kang Emus. Alamat yang diberikan ternyata tak begitu jauh dari Jalan Puteri, yakni di Jalan Kangkung. Walaupun sempat nyasar, akhirnya saya bisa menemukan rumah pemeran utama Preman Pensiun setelah wafatnya Didit Petet itu.

Sebuah rumah yang di depannya terdapat halaman parkir luas. Rumahnya sendiri terkesan sederhana dan memiliki sentuhan sunda. Apalagi ada kandang-kandang burung bergelantungan di terasnya. Kami beruntung sang empunya rumah bisa ditemui. Bahkan kami dipersilakan mengambil foto sepuasnya. 

Tanpa membuang waktu, kami memotret di tempat-tempat yang sering dipakai Kang Emus duduk maupun berdialog. Ya, sekali-kali norak-norak bergembira sedikit kan nggak apa-apa.

Di teras ini, Kang Emus sering duduk. (Foto: Benny Rhamdani)

Fenomena Preman Pensiun

Destinasi napak tilas Preman Pensiun beralih ke kawasan Jalan Asia Afrika. Setelah memarkir mobil di rerntuhan mal Palaguna, kami berjalan menuju kawasan alaun-alun bandung, dilanjut ke sekitar Gedung Merdeka.

Saya melihat keunikan fenomena demam Preman Pensiun. Beberapa orang berebut duduk di kursi-kursi trotoar sambil berkata,” Ini kursi Kang Emus. Foto euy.”

Saat ke undakan tangga Gedung Merdeka, perempatan, dan beberapa spot lainnya, turis lokal yang berseliweran sibuk mencari tempat yang pernah dijadikan latar Preman Pensiun. Sungguh pengaruh kekuatan sienteron yang banyak mengulas kehidupan preman di Bandung ini cukup signifikan  terhadap minat wisata di sekitar Jalan Asia Afrika. Tentunya selain karena beberapa bulan lalu  menjadi lokasi perhelatan 60 tahun Konferensi Asia AFrika.

 jangan lupa bilang, "Kicimpring!" (foto: Benny Rhamdani)

Pengaruh lain yang bisa dilihat adalah ketika mereka berpose untuk difoto, ramai-ramai mereka tak lagi mengucapkan,”Ciiiissss” melainkan , “Kicimpring!” seperti yang sering dipertunjukan di sinetron Preman Pensiun.

Satu lagi soal kicimpring, jangan heran kalau masuk ke toko oleh-oleh, kita akan ditawari Kicimpring Kang Emus di mana-mana. Karena memang mendadak saat ini, banyak sekali turis lokal sengaja mencari kicimpring Kang Emus.  Betapa hebatanya sebuah sinetron mengangkat penganan lokal tradisional yang sudah sudah tenggelam itu kembali ke permukaan.

Saat sore tiba, dengan perasaan puas kami kembali ke rumah. Sejuta cerita wisata  hari ini menjadi kenangan indah karena mengaitkannya, lagi-lagi, dengan sinetron Preman Pensiun.

*) Keterangan Gambar Utama: Serunya Wisata ‘Preman Pensiun’ di Bandung. (foto: Benny Rhamdani)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun